ENDE, KOMPAS.com - Lantaran hasil terpuruk pada tahun 2010, Maksimus Nggesu, petani kakao di Desa Ndetundora III, Kecamatan Ende, Kabupaten Ende, Flores, Nusa Tenggara Timur menebang 500 pohon kakao miliknya , lalu menggantinya dengan tanaman sayur-sayuran.
"Sejak bulan Mei 2011 saya mulai menebang 500 pohon (kakao), karena produksi hancur. Masalahnya tahun 2010 saya sama sekali tak mendapatkan hasil. Saya beralih saja menanam sayur-sayuran seperti sawi, buncis, cabai, tomat, dan kacang merah. Yang penting ada pemasukan uang, sebab banyak kebutuhan untuk anak-anak sekolah," kata Maksimus Nggesu , Senin (5/9/2011), di Ende.
Maksimus berpendapat , hancurnya hasil kakao pengaruh sepanjang tahun 2010 cuaca ekstrem, curah hujan sangat tinggi hampir sepanjang tahun. Di sisi lain, secara geografis di dataran Ndetundora yang terletak di dataran tinggi , sekitar 300 meter di atas permukaan laut membuat tingkat kelembapan di wilayah tersebut makin tinggi.
Maksimus merencanakan, jika dalam tahun ini tanaman kakao tak menghasilkan, dirinya akan mengganti 2.400 pohon kakao miliknya dengan tanaman perdagangan yang lain atau sayur-sayuran.
Secara terpisah ketika dikonfirmasi, Kepala Balai Penyuluh Pertanian (BPP) Kecamatan Ende, Hendrik M Riberu membenarkan, di wilayah kecamatan tersebut, dari total 400 ha kakao, produksi kakao terpuruk di 4 desa, yaitu Ndetundora I-III, dan Randotonda yakni seluas 124 ha.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.