Jakarta, Kompas -
Kepala Pusat Data dan Informasi Badan Nasional Penanggulangan Bencana Sutopo Purwo Nugroho, Minggu (4/9), di Jakarta, mengatakan bahwa pembuatan hujan buatan sudah siap dilakukan di Provinsi Kalimantan Tengah, Sumatera Selatan, dan Riau. Semula Kalimantan Barat juga masuk prioritas, tetapi akhirnya dicoret dari daftar perencanaan.
”Dipilihnya tiga tempat ini dengan pertimbangan jumlah titik api di ketiga daerah ini paling banyak,” kata Sutopo.
Selain faktor jumlah titik api, diakuinya, pengurangan daerah untuk dilakukan hujan buatan juga disebabkan pertimbangan jumlah pesawat dan tenaga dari Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT). ”Unit pelaksana teknis (UPT) hujan buatan BPPT hanya punya lima pesawat jenis Cassa 212-200 versi pembuat hujan buatan. Tenaga ahli hujan buatan BPPT hanya 30 orang,” paparnya.
Dengan kondisi seperti ini, ia ragu pembuatan hujan buatan dapat dilakukan secara serentak. Hujan buatan rencananya akan dilakukan satu per satu sesuai kondisi daerah, seperti kesiapan logistik serta ketersediaan awan berpotensi hujan di lokasi.
Kepala UPT Hujan Buatan BPPT Samsul Bahri, yang dihubungi secara terpisah, mengatakan bahwa pengiriman logistik hujan buatan membutuhkan waktu hingga 10 hari.
”Logistik harus dikirim dari Jakarta. Untuk ke Kalimantan membutuhkan waktu sekitar 10 hari menggunakan kapal,” ucapnya. Logistik tersebut, antara lain, garam khusus dan bibit penyemai yang akan ditebarkan di udara untuk mempercepat terbentuknya awan jenuh.
Untuk membuat hujan buatan dibutuhkan beberapa syarat, antara lain bibit awan memiliki kandungan air yang cukup, kecepatan angin di bawah 20
Mempertimbangkan kondisi tersebut, Samsul Bahri memprediksi hujan buatan baru bisa dilakukan di Kalimantan Tengah pada pekan kedua September. Setelah itu menyusul Riau dan Sumatera Selatan.
Diakui Samsul, pada pekan kedua September, di ketiga provinsi tersebut sudah memasuki musim hujan. Meskipun demikian, ia mengelak apabila pembuatan hujan buatan akan mubazir.
Melalui perangsangan atau penyemaian bibit hujan buatan, ia mengharapkan volume air hujan lebih banyak dan cakupan areal lebih luas serta frekuensi terjadinya hujan meningkat.
Meskipun nantinya telah dilakukan hujan buatan, Samsul berharap aparat dan petugas serta masyarakat dapat mengawasi daerahnya untuk mencegah meluasnya pembakaran lahan.(ICH)