Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Cuaca Kering, Harga Kakao Naik

Kompas.com - 25/08/2011, 04:25 WIB

Jakarta, Kompas - Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi, Rabu (24/8), melaporkan pada perdagangan di New York Mercantile Exchange, harga kakao berjangka mengalami kenaikan. Kenaikan harga kakao ini dipicu laporan cuaca kering yang melanda Pantai Gading, yang merupakan produsen kakao terbesar di dunia.

”Belum turunnya hujan dalam sembilan hari terakhir ini memberikan kekhawatiran atas tanaman kakao. Harga kakao untuk penyerahan Desember 2011 ditutup pada level harga 3.141 dollar AS per ton atau menguat 96 poin,” kata Kepala Bappebti Syahrul Sempurna Jaya.

Berdasarkan rilis harga Bappebti, di pasar nasional dalam dua bulan terakhir ini harga kakao bertahan di Rp 18.000 per kilogram hingga Rp 24.000 per kilogram. Di tingkat petani, harga kakao kadang lebih rendah karena petani sering kali menjual kakao yang belum berfermentasi dengan sempurna.

Ketua Umum Asosiasi Industri Kakao Indonesia Piter Jasman mengatakan, harga kakao yang stabil tinggi karena produksi dalam negeri tahun ini juga diperkirakan turun sekitar 10 persen. ”Sama seperti di Pantai Gading, penyebabnya adalah cuaca yang tak menentu,” katanya.

Tahun 2010, produksi kakao mencapai 600.000 ton, sehingga tahun ini produksi kakao diperkirakan 550.000 ton. Akibat pengurangan pasokan, kalangan industri tidak bisa memaksimalkan kapasitas produksinya. ”Kami berharap penurunan produksi bisa diminimalkan karena pemerintah sudah mencanangkan gerakan nasional kakao,” ujarnya.

Sebelumnya, Ketua Umum Asosiasi Kakao Indonesia Zulhefi Sikumbang memprediksi penurunan produksi kakao tahun ini bisa mencapai 30 persen. Penurunan produksi tersebut disebabkan oleh kurangnya pengetahuan petani dalam merawat tanaman, sementara faktor cuaca hanya memengaruhi 10 persen. Selain penurunan produksi, biji kakao pada panen tahun ini juga mengecil. Dari standar maksimal 110 butir per 100 gram, kini menjadi 130 butir per 100 gram.

Karet

Krisis ekonomi yang melanda Amerika Serikat dan Eropa telah berimbas terhadap harga karet. Harga karet ikut melemah seiring dengan pelambatan permintaan di kedua wilayah tersebut. Kalangan eksportir mulai mengalihkan ekspor ke negara-negara alternatif, seperti Korea dan Jepang.

Ketua Umum Gabungan Perusahaan Karet Indonesia (Gapkindo) Asril Sutan Amir, Selasa (23/8), mengatakan, meski harga karet internasional menurun, ia yakin permintaan masih besar. (ENY)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com