Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Lebaran, Stok Daging di Jatim Aman

Kompas.com - 12/08/2011, 15:40 WIB

SURABAYA, KOMPAS.com - Ketersediaan daging untuk konsumsi bulan Ramadhan hingga lebaran di Provinsi Jawa Timur dijamin aman. Sisa stok hingga akhir Agustus bahkan cukup untuk dilempar ke luar pulau atau luar provinsi.

Kepala Dinas Peternakan Provinsi Jawa Timur, Soeparwoko Adisoemitro menyebutkan, ketersediaan daging sapi hingga akhir Agustus nanti mencapai 11.426 ton atau 53.898 ekor sapi. Sementara kebutuhan konsumsi daging masyarakat Jawa Timur mencapai 9.811 ton atau 46.280 ekor sapi. 'Sisanya sekitar 638 ton atau 3.008 ekor sapi didistribusikan ke provinsi lain,' katanya, Jumat (12/8/2011).

Karena tingkat konsumsi naik pada Ramadhan hingga Hari Raya, harga daging sapi biasanya menyesuaikan harga psikologi pasar. "Saat puasa, sampai lebaran dari H-3 hingga H+3 kami prediksi harga daging sapi mengalami kenaikan 10-20 persen," ungkapnya.

Lantas, untuk jenis daging sapi Has, harga tertinggi di pasaran sebesar Rp 60 ribu per kilogram. Harga itu diprediksi naik saat Ramadhan mencapai Rp 65 ribu, dan saat lebaran mencapai 70 ribu. Jenis daging sapi bistik, dari Rp 58 ribu, ke Rp 60 ribu, dan Rp 65 ribu, sementara jenis daging sapi murni dari Rp 55 ribu, ke Rp 58 ribu, hingga Rp 60 ribu saat lebaran.

Kenaikan konsumsi daging biasanya seiring dengan maraknya penjual daging sapi gelonggongan. Mengantisipasi permainan curang pedagang itu, pihaknya mengaku sudah menurunkan tim untuk memantau aktivitas di 122 Rumah Pemotongan Hewan (RPH) seluruh Jawa Timur, maupun melakukan pemantauan langsung di pasar-pasar modern maupun tradisional. 'Jika ditemukan pelanggaran, kami akan tindak sesuai aturan yang berlaku,' jelasnya.

Pihaknya juga mengingatkan masyarakat agar lebih hati-hati memilih daging sapi di pasaran. Ada beberapa ciri yang perlu diperhatikan sebelum membeli daging, agar masyarakat tidak terjebak dalam permainan kotor pedagang.

Cara paling mudah menghindari daging gelonggongan di pasar tradisional adalah dengan membeli daging yang digantung, bukan yang berada di bawah atau di baskom pedagang. 'Daging gelonggongan tidak mungkin digantung, karena airnya pasti jatuh ke bawah,' katanya.

Dari sisi warna menurut dia, daging segar berwarna merah cerah, sementara gelonggongan berwarna relatif pucat. Cara lain lagi, jika ditekan daging segar pasti bentuknya kembali seperti semula. Sebaliknya, daging gelonggongan tidak bisa karena struktur selnya sudah rusak.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Terkini Lainnya

    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com