Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Penghijauan untuk Menutup Luka Bumi

Kompas.com - 12/08/2011, 04:38 WIB

Rerimbunan akasia dan kayu putih di mulut tambang batubara Airlaya tampak basah oleh hujan yang baru saja reda. Sulit dibayangkan, bukit yang menghijau itu dulunya adalah lubang tambang yang lebar dan dalam ibarat luka di perut Bumi.

Kini, luka itu tak berbekas, tertutup oleh rerimbunan daun pepohonan akasia dan kayu putih. Perusahaan tambang batubara negara, PT Bukit Asam Tbk, mereklamasi lahan itu sekitar awal 1990 setelah eksploitasi usai.

Tak jauh dari sana, tambang Airlaya di Tanjung Enim, Kabupaten Muaraenim, Sumatera Selatan, menyajikan pemandangan yang sangat berbeda. Sebuah ceruk Bumi yang luas dan dalam menganga dengan luas 3.350,5 hektar dengan kedalaman hingga 110 meter di bawah permukaan air laut. Demikian besar dimensinya sehingga berada di dasarnya dengan dikelilingi mesin-mesin tambang, yang juga berukuran raksasa, menimbulkan perasaan kecil dan tak berdaya.

Di kejauhan terlihat lapisan-lapisan batubara laksana emas hitam yang belum juga habis ditambang selama 20 tahun, berselang-seling dengan lapisan tanah coklat kemerahan. Ketebalan setiap lapisan bisa mencapai 8 meter. Eksploitasi masih akan dilakukan di tambang ini hingga sekitar 10 tahun mendatang.

Seperti inilah kira-kira rupa bukit di kawasan tambang Airlaya PT Bukit Asam lebih dari 10 tahun silam. Rumput pun akan sulit hidup dalam ceruk tambang karena lapisan tanah di bawah permukaan sangat miskin unsur hara setelah lapisan tanah permukaan (top soil) yang kaya hara itu dikuliti.

Sekretaris Perusahaan PT Bukit Asam Tbk Achmad Sudarto mengatakan, reklamasi bekas tambang dilakukan dengan mengembalikan lapisan tanah permukaan yang mengandung unsur hara. ”Pada awal penambangan, lapisan atas tanah itu telah sengaja disimpan untuk ditutupkan lagi ke asalnya,” ucapnya, Senin (9/5).

Pupuk organik berisi mikroorganisme ditambahkan untuk meningkatkan kesuburan tanah yang bisa jadi kehilangan kesuburan setelah bertahun-tahun ditambang. Penghijauan bisa disamakan dengan menyembuhkan luka pada Bumi. Tak bisa disangkal, kegiatan penambangan selalu diikuti kerusakan lingkungan yang masif.

Akan tetapi, reklamasi lahan yang dilakukan PT Bukit Asam membuktikan bahwa kerusakan lingkungan itu bisa diminimalkan, bahkan mungkin dengan hasil yang lebih baik. ”Dulunya, kawasan ini adalah lahan yang hanya ditumbuhi alang-alang, tapi sekarang menjadi kawasan hutan,” katanya.

Bukit kecil di area basecamp PT Bukit Asam itu menjadi bukti bahwa kegiatan penambangan dapat dilakukan dengan berwawasan lingkungan. Penghijauan serupa telah dilakukan di beberapa lubang bekas tambang yang dieksplorasi badan usaha milik negara dengan produksi 12,9 juta ton batubara itu pada tahun 2010.

Kesungguhan PT Bukit Asam dalam mengelola lingkungan pasca-penambangan menghasilkan penghargaan tingkat nasional Proper Hijau dari Kementerian Lingkungan Hidup karena dinilai telah berhasil menghutankan kembali lahan-lahan bekas tambang. Bukit Asam juga mempunyai pusat pembibitan seluas lebih kurang 2 hektar. Pada 2008, BUMN yang mulai beroperasi sejak 1980 itu menerima sertifikat manajemen lingkungan berstandar internasional ISO 14001:2004.

Halaman Berikutnya
Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com