Inspeksi mendadak dilakukan di tiga tempat, yakni di Gelael MT Haryono, Carrefour MT Haryono, dan pasar takjil Bendungan Hilir.
Menurut Kepala Badan POM Kustantinah, masih ada formalin yang ditemukan dalam tahu, pewarna makanan kuning metanil pada mi basah, boraks pada mi basah dan keripik pisang, serta rhodamin B atau pewarna merah untuk tekstil pada kerupuk, kue mangkok, dan bubur mutiara. Sampel makanan diteliti di mobil laboratorium keliling BPOM.
”Kami akan mengirimkan tim untuk menelusuri pemasok hingga produsen bahan makanan itu. Sedangkan untuk penjual, kami beri pemahaman agar mereka tidak lagi menjual makanan yang berbahaya atau mencari bahan baku lain,” kata Kustantinah.
Pihaknya akan bekerja sama dengan pemerintah daerah karena pencabutan izin usaha di tingkat produsen bahan baku dan tingkat industri rumah tangga merupakan kewenangan pemda.
Selain itu, makanan impor kemasan yang belum dilengkapi
Pelaksana Harian Deputi Bidang Pengawasan Keamanan Pangan dan Bahan Berbahaya BPOM Lucky S Slamet mengatakan, razia dilakukan lebih sering saat bulan puasa karena banyak penjual makanan dadakan.
”Kami punya metodologi, lalu ditentukan titik tertentu yang akan didatangi sehingga razia dilakukan di tempat yang berbeda-beda. Jadi, sudah ada polanya. Razia juga rutin dilakukan di luar bulan puasa,” kata Lucky.
Kepala Balai POM DKI Jakarta Sri Rahayu mengakui masih ada bahan makanan yang mengandung zat berbahaya dan dijual di Jakarta.
”Temuan terbanyak adalah penggunaan pewarna tekstil rhodamin B, pengawet boraks, dan formalin. Bahan berbahaya itu ditemui di berbagai jenis makanan, antara lain pada beberapa sampel bakso dan empek-empek,” kata Sri Rahayu.