Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Aku, Kalengku, dan Fotoku

Kompas.com - 08/08/2011, 21:51 WIB

oleh Ayu Sulistyowati

 

I Kadek Juana Setiawan (11) menutupi wajahnya yang tersipu-sipu malu dengan kaleng bekas susu formula 800 gram. Ya, ia malu mengakui dirinya bangga karya fotonya berjudul Got menjadi yang pertama laku Rp 400.000, saat malam pembukaan pameran foto anak-anak dari kaleng bekas Cerita dalam Kaleng , di Art Cafe, Seminyak, Bali, Sabtu (6/8/2011) lalu.

Siswa kelas IV sekolah dasar di Desa Guwang, Kabupaten Gianyar itu tak menyangka Got bidikannya justru diminati pengunjung dari sekitar 20 foto hasil jepretan Iwan dan sembilan temannya.

Ia mengaku tertarik memotret aliran got yang jaraknya kurang dari satu kilometer dari rumahnya di Guwang itu karena bersih. Ya, air gotnya mengalir bersih dan bening. Ya, saya suka saja, bersih, kan, sehat, katanya.

Namun, ia mengaku tak setiap hari bermain di got itu. Selain itu, menurutnya, got itu pun tak setiap hari bening. Hanya saja, Iwan senang karena hari itu ia mendapati got bersih dan mengalir bening.

Sambil menujukkan foto hitam-putihnya di atas kanvas 40 sentimeter x 63,25 sentimeter, Iwan bercerita got itu memiliki lebar sekitar 50 sentimeter dengan pepohonan di sepanjang alirannya.

Sementara bangunan yang terekam yang menjadi latar belakang got, lanjut Iwan, adalah vila-vila orang asing. Sayangnya ia pun tak ingat apakah dalam seminggu berapa hari got itu bersih atau keruh. Apalagi tahun ini, Badan Lingkungan Hidup Provinsi Bali tengah menggalakan inspeksi pencemaran ke sejumlah hotel dan vila.

Iwan pun hanya mengingat lingkungan desanya sudah banyak vila-vila yang menginap turis mancanegera. Beberapa minggu belakangan ini, Iwan dan belasan kawannya yang tergabung dalam Sanggar Anak Tangguh mendapat pelatihan dari komunitas fotografi Semut Ireng.

Mereka pun belajar memanfaatkan kaleng bekas yang kemudian difungsikan seperti kamera. Kamera kaleng bekas ini pun dikenal menjadi kamera lubang jarum.

Sanggar Anak Tangguh sendiri merupakan komunitas yang dibangun tahun 7 Juli 2007 oleh beberapa remaja atas keprihatinan mahalnya pendidikan dan hampir melupakan keterlibatan anak-anak untuk belajar dari lingkung an sekitar.

Sekitar seminggu setelah beberapa minggu belajar, belasan anak Tangguh ini bebas berburu obyeknya. Mereka pun diberikan tema lingkungan sekitar rumah tinggal di Desa Guwang.

Hasilnya antara lain, Iwan dengan Got dan Tempat Sampah Bambu, Mahendra dengan Sanggah Pemujaan Dewa Ternak dan Pura Beji, Gebot dengan Gabah, Elfandi dengan Canang. Karya mereka pun dihargai mulai Rp 250.000 hingga Rp 800.000.

Ketua Sanggar Anak Tangguh I Komang Adiartha berharap pelatihan ini mampu menambah wawasan anak-anak mengenai pentingnya cinta lingkungan hingga memanfaatkan apa pun barang bekas di sekitar lingkungannya.

Ya, inilah celotehan melalui bidikan kamera kaleng mereka soal lingkungan Desa Guwang tempat tinggal mereka. Kami berharap, pameran ini menjadi cerita dalam kaleng yang mengesankan dan anak-anak tetap terus berkarya, kata Adiartha.

Pameran ini bakal digelar hingga 13 Agustus dengan ditutup workshop membuat kamera kaleng bekas untuk umum. Iwan pun berharap karya teman-temannya pun terjual dan memiliki kebahagiaan seperti dirinya. Uang penjualan bakal ditabung untuk simpanan pameran-pameran selanjutnya. 

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com