Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pengungsi Lokon Terlilit Utang

Kompas.com - 28/07/2011, 19:36 WIB

MANADO, KOMPAS.com - Ribuan orang pengungsi letusan gunung api Lokon yang pulang ke rumah mengaku terlilit utang kepada rentenir setelah kehabisan uang untuk membiayai hidup sehari-hari. Para pengungsi itu berasal dari kelurahan Kinilow dan Kinilow I serta Kakaskasen.

Mecky Palungan (40), warga Kinilow I bekerja sebagai kernet mobil angkutan umum ditemui Kamis (28/7) mengaku terpaksa berutang kepada rentenir untuk biaya hidup istri dan dua anaknya.

"Sesungguhnya kami malu berutang, tetapi kami tidak punya uang untuk makan dan sekolah anak," katanya.

Hal sama disampaikan Berty Wolah (35) berprofesi sebagai penambang batu yang kehilangan penghasilan selama dua pekan ketika dia dan keluarganya berada di pengungsian. Berty mengaku tak berdaya atas tuntutan hidup setelah tidak bekerja. Saya terpaksa berutang di koperasi Rp 500.000 dengan bunga 10 persen, katanya.

Mecky dan Berty menyebut banyak warga pengungsi yang terlilit utang. Hampir semua pengungsi berutang, apalagi kami yang hidup pas-pasan. Dari pekerjaan sebagai kernet, Mecky mengaku mendapat penghasilan Rp 30.000 sampai Rp 50.000 per hari.

Sejumlah pengungsi berharap pemerintah kota Tomohon bertindak bijaksana membantu kehidupan warga pengungsi yang telah pulang ke rumah. Tolong kami diberi modal hidup selama sebulan untuk kami menata hidup kami lagi, tambah Juliana Mandagi (56) ibu rumah tangga.

Takut Prosedur

Pemerintah Kota Tomohon pekan lalu memulangkan 5.000 orang pengungsi ke rumah mereka menyusul menurunnya status gunung api Lokon dari awas menjadi siaga. Meski demikian tidak semua pengungsi dipulangkan, sebab 273 orang pengungsi yang rumahnya berada di kawasan radius 3 kilometer masih ditahan di lokasi pengungsian alasan ancaman bahaya l etusan Lokon.

Sekretaris Kota Tomohon Arnold Poli mengatakan pemerintah tidak dapat membantu pengungsi yang telah pulang ke rumah dengan alasan tidak sesuai prosedur penanganan bencana. "Kalau kami beri sangu uang dan beras kepada pengungsi nanti kami disalahkan," katanya.

Menurut Poli, bantuan diterima dari pemerintah melalui BNBP senilai Rp 300 juta dan Pemprov Sulut Rp 100 juta telah habis terpakai untuk penanganan tanggap darurat. Sementara logistik beras tersisa tujuh ton yang digunakan untuk makan pengungsi lainnya.

Ketua DPRD Kota Tomohon Andy Sengkey mengatakan semestinya pemerintah kota tidak menimbun bantuan, sebab di samping bantuan dari pemerintah juga terdapat bantuan dari pihak ketiga. Ia mengimbau pemerintah kota membantu pengungsi miskin yang pulang ke rumah. "Mereka harus dibantu untuk hidup selama sebulan, tidak usah takut dengan prosedur bantuan," katanya. 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Terkini Lainnya

    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com