Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ancaman Baru bagi Multikulturalisme

Kompas.com - 26/07/2011, 11:58 WIB

 

Bersamaan dengan pengakuan dan kesaksian Anders Behring Breivik  hari Senin di depan Pengadilan, ribuan orang berkumpul di ibukota Norwegia untuk menujukkan duka cita mendalam terhadap para korban. Kesedihan itu tidak hanya di Oslo, melainkan di berbagai penjuru dunia.  Dewan Keamanan PBB mengutuk keras perbuatan keji Anders Breivik yang telah menewaskan hampir seratus orang itu.

Indonesia, sebagaimana diungkapkan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono di Jakarta kemarin, menyampaikan dukacita atas terorisme di Norwegia yang dilakukan oleh Anders Breivik, dan meminta masyarakat Indonesia dan aparat keamanan menarik pelajaran dari serangan itu agar tetap waspada.

Sebagaimana dilansir media massa internasional, demikian M Kabul Budiono, wartawan RRI yang juga penulis warga di Kompasiana, anak muda berambut pirang, dan penggemar video game perang serta mengaku Kristen Konservatif itu, disebut-sebut sangat anti-multikulturalisme atau keberagaman. Menurut pendapatnya multikulturalisme, di negaranya, memberikan ruang untuk Islamisasi. Di depan Pengadilan kemarin,  Anders Breivik mengakui ia melakukan  perbuatan keji itu untuk menyelamatkan Eropa karenanya ia tidak menyesali perbuatannya.

Sebagaimana diketahui dari  5 juta penduduk Norwegia itu, 12 persennya adalah imigran. Dari 12 persen tersebut, hampir 5 persen berasal dari Pakistan, Turki dan Irak.

Perbuatan keji Anders Breiviks sudah tentu sangat mencoreng nama baik dan keberadaan   Norwegia yang selama ini dikenal sebagai mercusuar perdamaian. Komisi Penghargaan Nobel dari Norwegia pula yang setiap tahun menetapkan siapa pemanang Hadiah Nobel untuk perdamaian. Kita juga tidak lupa bahwa negara ini dalam perang dunia pertama adalah negara zona bebas perang, walau pada PD II sempat diduduki tentara Nazi Jerman.   Kejadian mengerikan di negara yang berpenduduk hanya sekitar 5 juta jiwa dan juga dikenal dengan tingkat korupsi terendah itu, sungguh mengejutkan dunia.

Tidak ada yang menduga sebelumnya, bahwa di negara yang aman dan damai itu dapat terjadi pembunuhan massal. Dengan kejadian ini, karenanya dapat dikatakan bahwa tindakan keji, pembunuhan, kekerasan dan terorisme dapat terjadi di mana saja dan kapan saja, tanpa diduga sebelumnya. Peristiwa ini dapat juga mengingatkan kita pada pembunuhan dengan menggunakan gas sirin yang terjadi di Jepang dalam beberapa dekade lalu.

Dengan kejadian yang kini dikenal dengan pembantaian kembar itu, seluruh negara di dunia harus semakin waspada atas kemungkinan tindakan terorisme yang dapat dilakukan dimanapun, kapanpun dan oleh siapapun. Ancaman terhadap multikultularisme ada di mana mana, termasuk di negara negara demokratis, makmur dan maju, termasuk Norwegia.

1311654625218444914

diunduh dari < www.ibtimes.com >


Tindakan brutal Anders Breiviks, boleh jadi juga menimbulkan diskusi hangat mengenai bangkitnya ancaman  terorisme baru yang muncul justru setelah kematian Oshama bin Laden.  Dunia bagaimanapun perlu menelusuri dan waspada, apakah Anders hanya berdiri sendiri atau merupakan bagian dari jaringan besar yang belum terungkap. Hal ini sesuai pengakuan Anders di pengadilan Senin, bahwa masih ada dua sel terorist selain dirinya.

Kewaspadaan di dalam negeri sendiri harus tetap ditingkatkan. Tindakan preventif perlu ditingkatkan. Pun sanksi hukum kepada pelakunya harus dilakukan dengan tegas. Sebab, setiap tindakan kriminal dan terorisme tidak dapat dibenarkan terlepas dari apapun motivasi mereka.

Salam perdamaian.

M Kabul Budiono

Catatan : artikel ini merupakan modifikasi dari Komentar di RRI, Selasa, 26 Juli 2011 yang ditulis dan disampaikan oleh penulis.

 

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Terkini Lainnya

    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com