Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Anders Breivik, dari Bocah Pemalu ke Penebar Teror

Kompas.com - 26/07/2011, 03:06 WIB

Tak seorang pun yang pernah mengenal Anders Behring Breivik (32) akan mengira pria berwajah rupawan itu akan menjadi penganjur anarki, pembenci bangsa lain, dan penebar teror dengan menjadi salah satu pembunuh tunggal paling berdarah dalam sejarah dunia.

”Saat masih kanak-kanak, dia adalah seorang anak laki-laki biasa, tetapi penyendiri. Dia tak tertarik pada politik saat itu,” tutur ayah Anders, Jens Breivik, yang mengaku masih terkejut mengetahui anaknya adalah pelaku pembantaian 76 orang di Norwegia, Jumat pekan lalu.

Jens masih bekerja sebagai diplomat di Kedutaan Besar Norwegia di London, Inggris, saat Anders lahir, 13 Februari 1979. Ibu Anders adalah seorang perawat, yang diceraikan Jens saat Anders berusia 1 tahun.

Sejak saat itu, Anders dibesarkan ibunya di Oslo, di tengah lingkungan keluarga kelas menengah. Dalam catatan pribadi yang ia unggah di internet, Anders mengaku tak pernah punya masalah besar atau kesulitan keuangan semasa kanak-kanak.

”Saya beruntung dibesarkan dengan orang-orang cerdas dan bertanggung jawab di sekitar saya,” tutur Anders, yang menyebut kedua orangtuanya adalah pendukung Partai Buruh Norwegia.

Salah satu teman sekolah Anders, Michael Tomala, mengaku kaget melihat Anders saat ini menjadi pembenci imigran dari negara-negara Timur Tengah. ”Salah satu teman baiknya dulu adalah seorang dari Timur Tengah, dan waktu itu mereka terlihat berteman baik sampai lulus SMP,” kenang Tomala.

Anders sendiri mengaku, pandangan hidupnya mulai berubah pada suatu hari di tahun 1991 saat Perang Teluk I berkecamuk di Irak. Anders merasa terganggu saat seorang temannya yang Muslim bersorak gembira saat mendengar laporan pasukan Amerika diserang rudal- rudal Irak.

”Saya masih bodoh dan apolitis waktu itu, tetapi sikapnya yang sama sekali tak menghormati bangsa saya (dan bangsa Barat secara umum) benar-benar memicu minat dan hasrat saya waktu itu,” ujar Anders dalam manifestonya setebal 1.500 halaman.

Rasa tak nyaman dengan satu temannya yang berasal dari latar belakang bangsa dan kultur berbeda itu ia bawa dan pelihara hingga beranjak dewasa. Tahun 1999, Anders menjadi anggota Partai Kemajuan, partai berhaluan kanan yang mengkritik

kebijakan Pemerintah Norwegia mengizinkan arus imigran dari negara-negara Timur Tengah.

Saat aktif di partai tersebut, Anders pun tidak menonjol. ”Orang-orang yang mengenal dia semasa masih menjadi anggota organisasi ini mengatakan, dia adalah seorang pemalu yang jarang ikut diskusi,” cetus pernyataan resmi Partai Kemajuan, Sabtu.

Anders pun kemudian keluar dari partai pada tahun 2004-2006 dengan alasan partai tersebut masih terlalu terbuka terhadap ”tuntutan multikultural” dan ”gagasan humanisme yang menghancurkan diri sendiri”.

Meski ia terang-terangan menunjukkan pandangan Islamophobia dan anti-multikulturalisme dalam manifestonya, Anders bersikeras dirinya bukan seorang rasis. Ia juga mengaku tidak suka dengan gerakan Neo-Nazi. (AP/AFP/Reuters/BBC/DHF)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com