BANDUNG, KOMPAS -
Berdasarkan keterangan yang dihimpun dari lokasi, insiden diawali pendudukan Sekolah Menengah Atas Kristen (SMAK) Dago oleh sekitar 100 orang yang mengaku mendapat kuasa dari pengacara mewakili Perkumpulan Lyceum Kristen (PLK). Mereka bersengketa dengan massa Yayasan Perguruan Sekolah Menengah Kristen Jawa Barat, pengelola SMAK Dago.
Massa PLK datang pukul 15.30, membentangkan spanduk, dan mendirikan papan pengumuman mengenai hak kepemilikan gedung yang disengketakan itu. Tidak lama kemudian datang lagi massa sekitar 50 orang dari pihak yayasan. Mereka mengusir massa sebelumnya, mencabuti spanduk dan papan pengumuman. Massa sempat lari meninggalkan SMAK Dago, tetapi 10 menit kemudian balik menyerang. Dari seberang pagar, mereka melemparkan batu ke arah orang yang berjaga di halaman sekolah dan memaksa mereka berlindung ke dalam gedung. Massa dari PLK langsung mengejar ke dalam dan sebagian berjaga di Jalan Djuanda. Sebuah mobil yang diparkir di halaman sekolah pun dibakar massa. Dua orang terluka di kepala.
Kondisi ini berlangsung hingga pukul 17.30. Setelah bernegosiasi dengan Kapolrestabes Bandung Komisaris Besar Jaya Subrianto, massa membubarkan diri. ”Kami tak memahami pangkal masalah sehingga lamban mengantisipasinya,” ujar Jaya. Dia belum memutuskan soal kegiatan belajar-mengajar pada Selasa (19/7).
Koordinator massa PLK, Bastian Wangge, menjelaskan hanya mendapat kuasa menduduki dan tidak mengganggu proses belajar-mengajar di SMA Dago. ”Kalau ada siswa yang datang bersekolah, silakan saja,” katanya.
Kuasa hukum YPSMK-JB, Chandrawila Supriadi, mengaku telah mengantongi dokumen hak guna bangunan yang dikeluarkan tahun 2010. Lahan itu milik negara yang dirampas dari Belanda sejak tahun 1958.