Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Penambang Emas Jadi Sumber Penularan

Kompas.com - 19/07/2011, 03:13 WIB

Lembong, Kompas - Para penambang emas rakyat di Kabupaten Lebong, Bengkulu, menjadi sumber penularan penyakit tuberkulosis paru di keluarga dan lingkungannya. Kondisi tambang emas yang buruk menyebabkan banyak penambang emas menderita penyakit pernapasan.

Hal itu dikemukakan Wakil Supervisor Program Tuberkulosis (TB) Paru Dinas Kesehatan Lebong Joko Wiharno, Minggu (17/7). Ia menambahkan, jika tidak diobati, angka harapan hidup penderita TB paru tidak panjang. Akan tetapi, kalau diobati selama enam bulan nonstop, tingkat kesembuhannya 89 persen.

Ada beberapa lokasi tambang emas rakyat di Kabupaten Lebong, yakni di Lebong Tambang, Tambang Sawah, Lebong Sulit, Lebong Simpang, Ketenong, dan Gunung Baru.

Warga Kelurahan Pasar Muara Aman, Ujang Syahrial (62), mengatakan, karena terkena TB paru, umur para penambang tidak panjang. ”Di Lebong Tambang, umur 40 tahun saja sudah panjang. Banyak yang mati muda dan banyak janda di sana,” kata Ujang yang menambang emas sejak umur 12 tahun.

Lembab

Ujang yang telah tujuh tahun berhenti menambang menuturkan, penambang biasa berada di lubang tambang selama berjam- jam. Mereka menghirup debu dari batuan yang digali dalam lubang yang lembab. Di sisi lain, sirkulasi udara tidak berjalan normal.

Data Dinas Kesehatan Kabupaten Lebong menunjukkan, selama 2010 terdapat 124 penderita TB paru baru (laki-laki 77 orang dan perempuan 47 orang) dan 10 penderita kambuh. Kebanyakan di antara penderita masih di usia produktif. Jumlah ini tidak berbeda jauh dengan kondisi pada tahun 2009 saat ditemukan 127 penderita baru dan tiga penderita kambuh.

Data terakhir di triwulan II tahun 2011 menunjukkan, terdapat 37 penderita baru dan empat penderita kambuh. Angka tersebut meningkat dibanding angka triwulan I tahun 2011 dengan 28 penderita baru dan dua penderita kambuh.

Penambang emas lain di Lebong Tambang, Syahbudin (55), menambahkan, kondisi lubang tambang yang buruk bagi kesehatan diperparah dengan perilaku tidak sehat para penambang. Misalnya, saat lapar, penambang terkadang langsung menyantap makanan tanpa mencuci tangan lebih dulu.

”Kebanyakan penambang tidak punya kesadaran memeriksakan kesehatannya. Apalagi kalau sedang numbur (dapat hasil yang bagus). Setelah sakit parah baru berobat,” kata Syahbudin.

Ironisnya, menurut Joko, walau angka penderita TB paru tinggi, pada tahun ini Pemerintah Kabupaten Lebong tidak mengalokasikan anggaran penanggulangan penyakit ini.

”Seharusnya kami punya poli TB paru sehingga penanganan penyakit bisa lebih fokus. Akan tetapi, sampai sekarang kami mengajukan meja khusus untuk pojok TB paru saja belum direalisasikan,” tuturnya. (ADH)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com