Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Daerah Rawan Kekeringan Semakin Meluas

Kompas.com - 18/07/2011, 19:44 WIB

MAGELANG, KOMPAS.com - Jumlah daerah rawan kekeringan di Kabupaten Magelang, tahun ini makin meluas. Jika di tahun-tahun sebelumnya hanya terpetakan di enam desa di tiga kecamatan, maka tahun ini kekeringan dan krisis air bersih berpotensi terjadi di 28 desa di sembilan kecamatan.

Kepala Sub Bidang Penyelamatan dan Penanggulangan Bencana Badan Kesatuan Bangsa, Politik, dan Penanggulangan Bencana Kabupaten Magelang Heri Prawoto, mengatakan, selain karena kondisi musim kemarau, tambahan desa-desa baru yang berada di lereng Gunung Merapi ini, muncul sebagai akibat bencana erupsi Gunung Merapi dan banjir lahar dingin, yang akhirnya menyebabkan banyak sumber-sumber air hilang tergerus banjir, dan saluran-saluran air pun rusak sehingga volume air bawah tanah pun menyusut.

"Dengan minimnya sumber air yang ada sekarang, desa-desa di kawasan Gunung Merapi yang biasanya berlimpah air, tahun ini terpaksa merasakakan krisis air bersih," ujarnya, Senin (18/7/2011).

Sebanyak 28 desa ini diperkirakan akan mengalami kekeringan saat musim kemarau berlangs ung selama tiga bulan. Lebih dari tiga bulan, potensi kekeringan diprediksi akan semakin meluas ke 68 desa di 18 kecamatan.

Pada tahun-tahun sebelumnya, kekeringan dan krisis air bersih hanya berpotensi terjadi di lereng perbukitan Menoreh di Kecamatan Bor obudur, Salaman, dan Kajoran, masing-masing dua desa.

Khusus tahun ini, selain enam desa tersebut, krisis air bersih berpotensi tinggi terjadi di delapan desa di Kecamatan Muntilan, lima desa di Kecamatan Dukun tiga desa di Kecamatan Salam, satu desa di Kecamatan Sawangan, tiga desa di Kecamatan Borobudur, tiga desa di Kecamatan Mungkid dan satu desa di Kecamatan Muntilsn. Selain itu, jumlah desa rawan kekeringan di Kecamatan Borobudur juga bertambah menjadi tiga desa.

Sejauh ini, Heri mengatakan, sudah ada empat desa yang mengajukan permintaan air bersih yaitu Desa Kembanglimus di Kecamatan Borobudur, Desa Mranggen di Kecamatan Srumbung, Desa Banyudono di Kecamatan Dukun, dan Desa Pabelan di Kecamatan Mungkid.

Sejak awal Juli lalu, enam desa tersebut akhirnya mendapatkan suplai air bersih dari Palang Merah I ndonesia (PMI) Kabupaten Magelang.

Tahun ini, dengan tambahan desa-desa baru tersebut, Badan Kesatuan Bangsa, Politik, dan Penanggulangan Bencana Kabupaten Magelang menyiapkan 896 tangki, dengan kapasitas per tangki sebanyak 5.000 liter, dengan kebutuhan anggaran untuk distribusi air diperkirakan mencapai Rp 120 juta.

Munasir, salah seorang warga Dusun Blangkunan, Desa Pabelan, Kecamatan Mungkid, mengatakan, krisis air bersih baru dirasakannya tahun ini. Hal ini terjadi setelah banyak bendungan dan saluran air jebol diterjang banjir lahar dingin di Kali Pabelan.

"Kalau bendung dan saluran air tersebut tidak juga kunjung diperbaiki, maka kami akan terus mengalami krisis air bersih seperti ini setiap tahun," ujarnya.

Kekeringan ini, menurut dia, sudah dirasa kan warga Dusun Blangkunan selama sebulan terakhir. Saat ini, sumur-sumur warga yang berkedalaman berkisar empat meter hingga 10 meter, sudah mengering. Sebagian penduduk yang berupaya mendapatkan air terus memperdalam sumur miliknya, namun ketinggian air yang diperoleh tidak mencapai setengah meter.

Selama satu bulan ini, suplai air bersih yang diperoleh dari PMI Kabupaten Magelang digunakan untuk memasak dan minum, sedangkan untuk kebutuhan mencuci dan mandi, warga biasa menggunakan air dari mata air di tepi Kali Pabelan.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Terkini Lainnya

    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com