MANADO, KOMPAS
”Kami belum dapat memprediksi apakah bakal ada letusan atau tidak dengan meningkatnya intensitas gempa itu. Namun, kondisi ini perlu selalu diwaspadai,” kata Kepala Pos Pengamatan Gunung Berapi Sulawesi Utara Farid Ruskanda Bina.
Sehari sebelumnya terjadi tiga kali semburan debu vulkanik. Meski semburan berkurang, tidak otomatis status awas Gunung Lokon diturunkan. Farid juga mengimbau pengungsi untuk bertahan di lokasi pengungsian. Petugas terus memantau perkembangan Gunung Lokon yang fluktuatif dan sulit diprediksi.
Sementara itu, Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Sulut Hoyke Makawarung mengatakan, pihaknya tidak akan memberi izin kepada pengungsi yang hendak kembali ke rumah meskipun aktivitas Gunung Lokon menurun. BPBD Sulut baru akan mengembalikan pengungsi ke rumah masing-masing jika sudah mendapat rekomendasi dari tim pengamatan Gunung Lokon.
”Sampai saat ini, pengungsi masih ada di empat lokasi. Kami tetap tidak mengizinkan siapa pun untuk kembali ke rumahnya masing-masing selama status Gunung Lokon masih Awas,” ujar Hoyke.
Salah satu pengungsi, Yance Lampa (50), mengaku sudah jenuh dan ingin segera kembali ke rumah setelah mengetahui letusan Gunung Lokon mulai berkurang. Apalagi, di rumahnya masih ada ternak kambing serta tanaman sayur yang juga perlu mendapat perawatan intensif. ”Sebenarnya sudah ingin segera kembali ke rumah, tetapi masih dilarang. Saya menurut saja,” katanya.
Sejak status menjadi awas pada Minggu (10/7), jumlah pengungsi Gunung Lokon mencapai 2.116 orang. Ribuan pengungsi tersebut tersebar di empat titik pengungsian, yaitu di SMA Kristen Tomohon (1.201 orang), SMK 2 Tomohon (208 orang), SMA Kristen Binaan Khusus (252 orang), dan SMP I Tomohon (197 orang).