Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Aktivitas Lokon Sulit Diprediksi

Kompas.com - 12/07/2011, 13:42 WIB

TOMOHON, KOMPAS.com — Aktivitas vulkanik Gunung Lokon, Sulawesi Utara, yang menyemburkan material debu vulkanik dari kawah Tampoluan beberapa waktu terakhir ternyata memiliki karakteristik erupsi yang berbeda jauh dengan tahun-tahun sebelumnya.

Hal ini diungkapkan saat rapat koordinasi dan pemantapan oleh semua Tim Tanggap Darurat Bencana Letusan Gunung Lokon bertempat di eks-kantor Wali Kota Tomohon Rindam Kakaskasen, Selasa (12/7/2011) siang.

Dalam paparannya, Dr Hendra selaku Ketua Tim Tanggap Darurat Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) menceritakan kronologi selama kurun waktu dua minggu terakhir sampai status Gunung Lokon ditetapkan menjadi Awas.

Hendra menceritakan, pada 26 Juni 2011, beberapa anggota timnya bergerak menuju Kawah Tampoluan untuk pemasangan alat di kawah gunung. Tim berani mendekati kawah karena tidak ada tanda-tandar erupsi.

Ketika sampai di radius 200 meter dari kawah, tim beristirahat sejenak. Saat itulah terasa getaran kuat di tempat mereka beristirahat, tetapi tidak terlihat ada pergerakan dari Kawah Tampoluan.

Berselang beberapa detik selanjutnya terdengar suara letusan yang diikuti semburan debu vulkanik dan guguran api. Untunglah tim bisa menyelamatkan diri.

Pascaperistiwa ini, pada 27 Juni 2011, PVMBG Bandung menaikkan status Gunung Lokon ke level Siaga. Uniknya, usai dinaikkan status ke Siaga pada 27 Juni 2011, aktivitas Lokon kemudian berhenti.

Barulah pada 4 Juli 2011 dari pemantauan kembali telihat semburan debu vulkanik yang terus meningkat hingga pada 5 Juli 2011 terjadi dua kali semburan dalam sehari. Pada 6-7 Juli 2011, aktivitas Gunung Lokon makin meningkat lagi menjadi tiga kali semburan dalam sehari.

Melihat tren peningkatan aktivitas Gunung Lokon ini, tim PVMBG Bandung beserta Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Tomohon segera menggelar rapat membahas aktivitas Lokon.

Dari data yang dihimpun tim selama 8-9 Juli 2011, Kawah Tampoluan menyemburkan debu vulkanik setiap dua jam. Ketinggian semburan mencapai 600 meter. Pada 9 Juli 2011 malam, durasi semburan menjadi 15 menit sekali.

Aktivitas semburan sempat berhenti pada Minggu (10/7/2011), tetapi terjadi peningkatan gempa tremor yang menunjukkan adanya pergerakan massa magma dari dalam kawah terdalam menuju titik terdekat dengan permukaan kawah.

"Entah magma ini nantinya dikeluarkan atau tidak, tetapi data ini sudah cukup bagi kami untuk menaikkan status Lokon ke level Awas dan merekomendasikan segera dilakukan evakuasi warga," ujar Hendra.

Akhirnya pada Minggu (10/7/2011) sekitar pukul 22.00 WITA, status Gunung Lokon dinaikkan ke level Awas. PVMBG segera mengeluarkan rekomendasi ke Pemerintah Kota Tomohon untuk segera dilakukan upaya evakuasi warga yang tinggal dalam radius 3,5 kilometer dari kawah Gunung Lokon.

Kondisi seperti ini terus berlangsung sampai 10-11 Juli 2011. Aktivitas semburan memang menunjukkan tren naik turun disertai penurunan jumlah emisi gas kawah gunung, tetapi gempa tremor terus terjadi. Inilah yang menjadikan aktivitas Gunung Lokon kali ini menjadi berbeda dan dinilai unik dibandingkan aktivitas tahun 1991 dan 2003 silam.

"Kesimpulan kami, kelakuan Lokon kali ini benar-benar berbeda, dan kita perlu segera antisipasi karena kita tidak bisa menebak kapan dia meletus," ungkap Hendra.

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Terkini Lainnya

    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com