Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pakuan, Kota Tua yang Hilang

Kompas.com - 06/06/2011, 04:28 WIB

Hancur akibat korupsi

Kerajaan Sunda Pajajaran mengalami kemunduran sejak Surawisesa digantikan oleh Ratu Sakti (1543-1551). Di bawah kepemimpinan Ratu Sakti, nasib rakyat diabaikan. Yang dipentingkan hanya kesenangan pribadi. Penulis naskah kuno Carita Parahyangan menyindir tajam: ”Aja timut de sang kawuri polah sang nata”. Artinya, janganlah ditiru kelakuan raja ini oleh mereka yang kemudian menggantikan.

Ratu Sakti digantikan oleh Prabu Nilakenda (1551-1567). Namun, selama 16 tahun berkuasa keadaannya sudah sedemikian parah. Korupsi dan penyelewengan merajalela. Karena salah urus, Tanah Sunda yang subur hanya mengakibatkan kemelaratan dan kelaparan bagi rakyatnya. Wong huma darpa mamangan, tan igar yan tan pepelakan (Petani menjadi serakah akan makanan sehingga mereka tidak merasa tenteram jika tidak menanam sesuatu). Korupsi dan penyelewengan merajalela.

Dalam keadaan seperti itu, nasib pemerintahannya dipertaruhkan dengan membangun proyek-proyek mercusuar seperti memperindah istana berhiaskan emas. Tiap saat raja dan pengikut setianya menyelenggarakan pesta pora sampai mabuk-mabukan. Penulis Carita Parahyangan melukiskan nasib Kerajaan Sunda Pajajaran yang sudah berada di ambang kehancuran dengan kalimat singkat: ”Itulah bunga pralaya yang disebut zaman kali atau kaliyuga”. Zaman pralaya adalah zaman kehancuran.

Kerajaan Sunda Pajajaran hancur pada tahun 1579, pada akhir masa pemerintahan Ragamulya Suryakancana (1567- 1579). Namun, hal itu terjadi bukan karena serbuan Banten dibantu Demak dan Cirebon yang sebelumnya sudah beberapa kali gagal. Ketika pasukan itu berhasil memasuki Pakuan, keratonnya sudah kosong ditinggalkan raja dan pengikut setianya.

Orang-orang Sunda mengobati kesedihannya dengan kalimat singkat: ”Pajajaran tidak hilang, tapi ngahyang”.

HER SUGANDA, Wartawan tinggal di Bandung

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com