Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sapi Perah Tahan Banting Cuaca Ekstrem

Kompas.com - 25/05/2011, 20:29 WIB

PASURUAN, KOMPAS.com - Ekonomi dari peternakan sapi perah pada sentra-sentra pertanian peternakan di lereng kompleks Gunung Bromo, Tengger, dan Semeru dinilai bisa menyelamatkan ekonomi yang terbebani musim hujan yang panjang akibat cuaca ekstrem. Petani peternak kehilangan potensi pendapatan dari sektor pertanian, terutama kopi dan cengkeh, karena pembungaan gagal terjadi akibat cuaca ekstrem.

Di Kecamatan Purwodadi dan Tutur, Kabupaten Pasuruan, harga jual panen kopi dan cengkeh melonjak cukup tinggi. Harga biji kopi gelondongan kering (masih berkulit, belum dikupas, tetapi sudah dikeringkan) Rp 19.000 per kg, lebih tinggi dari harga sebelumnya yang masih Rp 9.000-Rp 12.000 per kg. Harga bunga cengkeh juga melonjak naik menjadi Rp 100.000 per kg basah, jauh lebih tinggi dari harga panen tahun lalu Rp 50.000-Rp 60.000 per kg.

Kedua wilayah memang berada di ketinggian lebih dari 800 meter di atas permukaan air laut (mdpl) atau 875 880 mdpl sehingga komoditas komersial yang ditanam bisa meliputi kopi dan cengkeh. Petani juga menanam tanaman pangan seperti jagung dan hortikultura tomat dan cabai, dan buah apel, tetapi kopi dan cengkeh memberi dampak penting bagi ekonomi rumah tangga tani.

Akan tetapi, lonjakan tinggi harga kopi dan cengkeh pada awal panen ini (puncak panen September-Oktober 2011) tidak diminati petani. Ini karena lonjakan harga diiringi merosotnya produksi. Basori, warga Desa Sawiran, Kecamatan Purwodadi, mengungkapkan, produksi kopi merosot drastis dari semula 8 kuintal menjadi hanya 2 kuintal kopi gelondongan basah.

Petani tidak memperhitungkan produksi berdasar satuan luas, melainkan berdasar pengalaman pada panenan masing-masing. Akan tetapi intensitas curah hujan berbulan-bulan terakhir, menjadikan panenan biji kopi tahun ini merosot.

Tingginya curah hujan meledakkan pertumbuhan kanopi daun pohon kopi, dan mengakibatkan gagalnya pembungaan. Harga kopi dan cengkeh naik karena barangnya tidak ada, kata Tono, warga Tutur, yang mengaku memiliki 400 batang pohon kopi.

Warga Nongkojajar akhir-akhir ini memilih menebang kopi, dan digantikan komoditas pengganti rumput gajah untuk pakan ternak sapi. Ternak sapi perah yang disetorkan ke industri pengolah susu (IPS) Nestle di Pasuruan, sudah dibudidayakan sejak 1975 di kawasan ini, dan menjadikan Nongkojajar dan sekitarnya khas dengan peternakan sapi perahnya.

Perah Tahan Banting

Ekonomi sapi perah terbukti lebih tahan terhadap cuaca ekstrem. Saturi yang hanya memiliki 3 ekor sapi perah produktif dengan hanya dua diantaranya yang laktasi (mengeluarkan produksi susu sapi), bisa mendapat 10 22 liter sehari. Di Koperasi Susu Dadi Jaya Saturi mendapat penghasilan setiap sepuluh hari Rp 800.000 untuk harga susu grade I Rp 2.220 per liter ditambah premi (bonus kesetiaan setor) Rp 700 per liter.

"Penghasilan dari susu bisa mencapai Rp 2,4 juta sebulan, dengan tiga kali pembayaran dari kasir koperasi setiap 10 hari. Susu dikirim ke koperasi pagi dan sore, peternak masih harus mencari pakan rumput gajah dan hijauan daun lainnya setiap hari, sekitar 2-4 jam mencari rumput," katanya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com