Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pedang "Selangkeh", Senjata Tradisi Kerinci

Kompas.com - 23/05/2011, 22:50 WIB

Sejak itu Kerinci juga mengenal sebutan-sebutan yang berbau Jawa, seperti kata 'depati' yang asal mulanya adalah kata 'adipati' karena penggunaan huruf vokal di awal dalam bahasa Kerinci tidak lumrah. Kata itu dipenggal menjadi depati saja sesuai dialek bahasa setempat.

Keris yang kemudian juga jadi simbol kerajaan-kerajaan di Sumatera kawasan tengah, timur, dan selatan, seperti Kerajaan Melayu Jambi dengan ratunya Selaras Pinang Masak memakai keris siginjai, Pagarruyung (di Sumbar) dengan rajanya Adityawarman, Sriwijaya (di Sumatera Selatan), dan Tulang Bawang (di Lampung).

Kerinci yang tidak memiliki sistem pemerintahan kerajaan juga mendapat imbas semakin populernya penggunaan keris sebagai simbol kekuasaan dan kewibawaan tersebut.

Akhirnya fungsi selangkeh pun tergeser, digantikan keris yang dinilai jauh lebih simpel dan praktis, ringan, dan mudah disimpan ataupun dibawa-bawa ke mana pun pergi.

Selangkeh adalah pedang yang tidak memiliki sarung. Pemilik membawa senjata itu ke mana pun dengan cara dipegang atau diselipkan di pinggang.

Menurut peneliti kebudayaan Kerinci, Nukman SS, pada masa Islam, keberadaan selangkeh juga terus bertahan. Bahkan, pada masa itu, pedang panjang tersebut telah menjadi media dakwah bagi para kyai pemuka dan penyebar agama Islam di Kerinci.

Badan pedang yang sebelumnya biasa terlihat berhias rajahan mantra dan jimat, pada masa Islam justru dipakai pula sebagai tempat mengguratkan ayat-ayat suci Al Quran.

Salah satu selangkeh yang memiliki tulisan ayat Al Quran saat ini tersimpan di Desa Sebukar, Kecamatan Keliling Danau.

Sebagai gambaran, bentuk selangkeh adalah pedang panjang yang sedikit melengkung dan berujung runcing. Selangkeh terbuat dari besi atau baja kualitas tinggi, dan gagangnya memiliki pelindung.

Saat ini selangkeh hanya dipergunakan oleh para pemencak saat tampil memperagakan jurus-jurus tarian dalam acara-acara tertentu. Keberadaan pedang ini pun sudah semakin tidak jelas karena dijual kepada kolektor barang antik oleh pewarisnya.

Pada masa sekarang, para petani menggunakan perkakas parang atau golok yang fisiknya menyerupai selangkeh. Sebenarnya itulah turunan dari selangkeh modern saat ini.

"Oleh karena itu, sudah seharusnya keberadaan selangkeh kembali dipopulerkan dengan menyebutnya sebagai senjata tradisional khas Kerinci dan memakainya sebagai simbol kekuasaan saat penobatan depati, seperti halnya mandau di Kalimantan," tambah Azhar.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com