Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Petani Tak Nikmati Kenaikan Harga

Kompas.com - 10/05/2011, 19:20 WIB

CILACAP, KOMPAS.Com - Kenaikan harga beras dan gabah hingga di atas harga penjualan pemerintah sejak tiga pekan lalu, tidak dinikmati sebagian petani di Kabupaten Cilacap, Jawa Tengah. Kondisi itu disebabkan penurunan kualitas dan kuantitas hasil panen, gara-gara serangan hama serta tinggi nya curah hujan sejak awal musim tanam.  

 

Wahab Mulyadi (39), petani Desa Kawunganten Lor, Kecamatan Kawunganten, Selasa (10/5), mengatakan, pada panen musim tanam kali ini, sawah garapannya seluas 0,5 bahu (satu bahu sekitar 7.000 meter persegi) hanya mampu menghasilkan sekitar 11 kuintal gabah kering panen (GKP). Padahal pada kondisi optimal, hasilnya bisa mencapai 20 kuintal.  

 

Wahab dan sebagian petani di Cilacap baru pekan ini memanen padi, karena sempat terlambat dan mengulang awal masa tanam yang kebanyakan dilakukan petani di Banyumas dan sekitarnya pada Desember 2010 dan Januari 2011.

"Saya baru memulai masa tanam bulan Februari karena saat ini terpaksa mengulang tanam akibat serangan penyakit kresek," tuturnya.  

 

Kini, saat sebagian besar sawah sudah dipanen, harga gabah dan beras beranjak meningkat. Namun hal itu tidak dirasakan para petani di Cilacap.  

 

Menurut M Sidiq (55), petani Desa Panikel, Kecamatan Kawunganten, karena hasil panen menurun, pendapatan petani hanya cukup untuk menutup biaya produksi. Contohnya, untuk lahan seluas 0,5 hektar miliknya, ia menghabiskan biaya produksi hingga Rp 3 juta, padahal pada musim tanam sebelumnya hanya Rp 2 juta. Hasil panen yang biasanya mencapai 25 kuintal juga turun menjadi 15 kuintal.  

 

Kenaikan ini di antaranya karena ia dua kali membeli benih padi, setelah pada tanam pertama kali, benihnya rusak diserang penggerek batang. Selain serangan hama, kualitas panen padi petani juga turun karena kondisi cuaca yang terus menerus hujan selama sebulan terakhir.   

 

"Kandungan air dalam gabah jadi tinggi. Kami juga kesulitan mengeringkan gabah karena hujan terus turun," tuturnya.

Akibatnya, gabah hasil panenan Sidiq banyak digunakan hanya untuk memenuhi kebutuhan sehari-harinya. Sebagian lain, dijual dengan harga murah ke tempat penggilingan di dekat rumahnya.  

 

Tidak laku

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com