Palu, Kompas
Kepala Kepolisian Resor Kota Palu Ajun Komisaris Deden Garnada mengatakan, untuk mencegah aksi berulang, pihaknya sudah menurunkan sedikitnya 60 personel.
Warga korban luka tembak peluru karet dan lemparan batu yang sebelumnya dirawat di Puskesmas Pantoloan sudah kembali ke rumah masing-masing. Aktivitas warga juga berangsur normal.
Bentrokan antarwarga terjadi pada Senin dini hari. Bentrok yang diwarnai aksi saling lempar batu ini menyebabkan delapan warga luka kena tembak peluru karet dan lemparan batu. Tiga wartawan cedera terkena lemparan batu. Mereka adalah M Putra Yosvidar (MNC TV), Pataruddin (Indosiar), dan Ahmad Mukhsin (Metro TV). Komandan Peleton Sabhara Polres Palu Bripka S Budianto tak luput kena timpukan batu. Mereka mengalami cedera di kaki, pelipis, punggung, dan wajah.
Kejadian itu juga menyebabkan beberapa kaca jendela rumah warga pecah. Pos Polmas serta truk Sabhara Polda Sulteng juga terkena. Bentrokan itu melibatkan warga Kelurahan Baiya, Kayu Malue, Pantoloan, dan Tawaeli, Kecamatan Palu Timur, Kota Palu, dengan warga Desa Wani 1 dan Wani 2, Kecamatan Tanantovea, Kabupaten Donggala.
Bentrok pada Senin dini hari itu adalah lanjutan bentrok pada Sabtu malam lalu. Bentrok dipicu pemukulan yang dilakukan warga Wani terhadap seorang warga Tawaeli pada Sabtu malam. Saat itu warga Tawaeli yang melintas di Wani 1 ditegur sebab suara motornya meraung keras. Tak terima ditegur, warga Tawaeli tersebut marah dan dibalas warga Wani dengan pukulan.
Hal ini didengar warga Tawaeli dan membalas dengan menyerang warga Wani 1. Polisi yang segera datang ke lokasi bisa mengendalikan situasi, dan bentrok terhenti. Namun, keesokan harinya, bentrok kembali terjadi.
Terkait kasus kekerasan lainnya, sekitar 25 pekerja media dan aktivis pers kampus di Purwokerto, Jawa Tengah, Senin, mendatangi Markas Polres Banyumas. Mereka menggelar aksi damai sebagai wujud solidaritas atas pemukulan tiga jurnalis di Surabaya oleh oknum polisi. Ketiga jurnalis itu yakni Lukman Rozaq (Trans 7), Septa Rudianto (Radio Elshinta), dan Joko Hermanto (TVRI Jawa Timur). Mereka dipukul polisi saat meliput unjuk rasa sekte Falun Gong di Taman Surya Balai Kota Surabaya, Sabtu lalu.
Koordinator Aksi yang juga Ketua Paguyuban Wartawan Purwokerto (Pawarto), Aris Andrianto, mengatakan, pemukulan terhadap 3 jurnalis yang sedang menjalankan tugas liputan telah mencederai kebebasan pers.
Aksi serupa berlangsung di Surabaya. Sekitar 150 wartawan yang tergabung dalam Aliansi Jurnalis Independen (AJI), Ikatan Jurnalis Televisi Indonesia (IJTI), Aliansi Wartawan Radio (Alwari), serta Pewarta Foto Indonesia (PFI), kemarin mendatangi Mapolda Jatim.
Koordinator Aksi Unjuk Rasa, Hari Tambayong, menuntut Kapolda Jatim secepatnya mengungkapkan nama-nama dari 21 petugas yang diperiksa. Sanksi buat pelaku juga harus transparan,” kata Hari.
Dalam orasinya, wartawan mengingatkan, tindakan tegas perlu dijatuhkan kepada para pelaku kekerasan itu. Jika tidak, kasus serupa berpeluang terulang lagi.