Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Hujan Picu Rendemen Gabah Turun

Kompas.com - 03/05/2011, 21:26 WIB

CIREBON, KOMPAS.com - Hujan yang terus turun di sejumlah wilayah di Cirebon dan Indramayu, Jawa Barat, membuat rendemen gabah petani di daerah itu turun pada panen kali ini. Kadar air yang tinggi juga mengakibatkan gabah petani berkualitas rendah dan tidak diterima oleh Bulog.

Kondisi itu seperti dialami oleh petani di Kecamatan Kapetakan, Cirebon dan Kecamatan Krangkeng, Indramayu, Selasa (3/5/2011) . Kedua daerah itu hingga awal Mei ini masih diguyur hujan. Hujan deras selama tiga hari terakhir ini memaksa petani memanen padi dalam kondisi sawah yang tergenang.

Wasta (65), petani di Kampung Kedaton, Desa Kapetakan, Kecamatan Kapetakan , Cirebon, menuturkan, 4,5 ton gabah basahnya belum bisa dibawa ke penggilingan karena kadar airnya masih tinggi. Padahal, sudah empat hari ini gabah dijemur. Dari penampakan luar, gabah milik Wasta itu warna kulitnya suram dan hampir kehitam-hitaman.

"Kalau dipanen pada musim hujan dan tidak ada panas, gabah jadi tidak bening dan kualitasnya turun karena lebih banyak air. Kalau pun laku, harganya pasti turun," ungkap bapak dua anak itu.

Kadar air yang tinggi ini menyebabkan sebagian gabah Wasta juga sampai bertunas. Tunas yang muncul dari gabah itu mencapai 1 centimeter (cm) . Dalam kondisi seperti itu gabah tidak boleh disimpan terlalu lama di dalam gudng karena bisa membusuk. Wasta mengatakan, gabah miliknya itu kemungkinan dihargai paling tinggi Rp 2.700 per kilogram (kg). Padahal menurut ketentuan harga pembelian pemerintah (HPP), gabah kering giling (GKG) dihargai Rp 3.300 per kg.

"Gabah seperti ini tidak bisa dihargai mahal karena kualitasnya buruk. Kalau digiling, hasil berasnya pun remuk," ungkapnya.

Kondisi tidak jauh berbeda dialami Asni (59), warga Desa Tanjungpura, Kecamatan Krangkeng, Indramayu. Dari 12 kuintal gabah yang dimilikinya, kini tersisa delapan kuintal lagi yang belum kering. G abah itu dijemur di jalan raya Krangkeng-Kapetakan yang merupakan jalur utama Cirebon-Indramayu. Sebagian ruas jalan itu sejak April digunakan petani untuk menjemur hasil panen mereka. 

Tak Penuhi Syarat

Dari penggilingan empat kuintal beras sebelumnya, Asni mengetahui rendemen gabahnya sekitar 60 persen. Padahal, pada panen sebelumnya bisa sampai 68 persen. Tingginya kadar air mengurangi rendemen gabah. Selain itu, panas yang kurang saat pengeringan gabah membuat kadar air gabah milik Asni tidak memenuhi syarat Bulog.

"Saya tetap menjual gabah ke penggilingan, tetapi oleh pabrik tidak dimasukkan ke Bulog karena tidak memenuhi syarat," ungkap Asni.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com