Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Korban Banjir Belu Kesulitan Makanan

Kompas.com - 02/05/2011, 18:10 WIB

ATAMBUA, Kompas.com - Sejumlah 1.195 warga korban banjir Benanain Kecamatan Malaka Barat, Kabupaten Belu, Nusa Tenggara Timur, kesulitan bahan makanan, obat-obatan dan air bersih di lokasi pengungsian. Sejak tiga hari terakhir mereka kehabisan beras.

Mereka tidak memiliki ladang atau sawah di sekitar lokasi pengungsian sehingga sulit mendapatkan makanan di sekitarnya. Para pengungsi ini semata-mata bergantung pada beras bantuan.

Koordinator Pengungsi Malaka Barat Yohanes Seran menghubungi Kompas dari lokasi pengungsian, Senin (2/5/11) mengatakan, beras yang dibagikan Pemkab Belu pekan lalu sebanyak 2 ton bagi 1.195 warga di lokasi pengungsian sudah habis dikonsumsi tiga hari lalu. Kini, warga kesulitan mendapatkan makanan.  

"Kini, kami konsumsi makanan apa adanya. Ladang dan sawah kami sudah hanyut terendam banjir, lagi pula jaraknya belasan kilometer dari lokasi pengungsian. Pergi ke sana harus bayar jasa ojek Rp 20.000 - Rp 40.000 untuk pergi-pulang. Kami tidak punya uang sama sekali," kata Seran.

Sejak mengungsi ke Weliman, mereka mendapat bantuan dari warga setempat berupa bahan makanan lokal seperti umbi-umbian, kacang-kacangan, sayur dan buah-buahan. Tetapi belakangan ini bantuan itu tidak dikirim lagi. Warga lokal khawatir, kalau pengungsi tetap bertahan di lokasi itu, mereka merasa tidak nyaman.

Para pengungsi keluhkan air bersih. Selama ini mereka hanya mengonsumsi air sungai untuk minum, mandi, cuci dan memasak.

Para pengungsi juga mulai menderita sakit terutama demam akibat malaria, diare, panau (kudis) dan inveksi saluran pernapasan akut, terutama anak-anak. Demam itu diduga akibat para pengungsi tidak menggunakan kelambu selama berada di tenda-tenda darurat, dan gedung sekolah.

Sejak diungsikan, 20 April 2011 ke Kecamatan Weliman, warga tidak mendapatkan penerangan (listrik). Setiap malam mereka kegelapan. Salah satu LSM dari Jakarta memberi bantuan satu unit genset dengan kapasitas 1200 watt tetapi genset itu tidak dapat difungsikan karena kekurangan bahan bakar.

Seran mempertanyakan bantuan pemerintah pusat dan provinsi senilai Rp 300 juta bagi para pengungsi. Dana itu dikelola Pemkab Belu tetapi sampai hari ini mereka tidak merasakan dampak dari bantuan itu.

"Beras 2 ton itu bantuan dari Bulog Belu bukan dari hasil pembelian dana Rp 300 juta itu. Seperti biasa, kalau ada bantuan untuk korban bencana seperti kami ini, selalu tertahan di tangan pihak tertentu, tetapi laporan ke tingkat atas, sudah dimanfaatkan semuanya. Mungkin harus ada pengungsi yang mati kelaparan supaya mereka sadar," kata Seran.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com