AJI dan ANWARI Prihatin Nasib Wartawan

SURABAYA, KOMPAS.com - Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Surabaya bersama Aliansi Wartawan Radio Indonesia (Anwari) memperingati hari buruh sedunia dengan menggelar aksi di depan Kabun Binatang Surabaya (KBS), Minggu (1/5 2011).

Dalam aksinya, AJI Surabaya dan Anwari menggelar pertunjukan teatrikal manusia penuh kertas. Aksi teatrikal itu menggambarkan sosok jurnalis yang terbelenggu kemelaratan, terbelenggu ketidakpastian jaminan hidup, serta terbelenggu dengan pekerjaan yang tidak memiliki jaminan keamanan.

Menurut Ketua AJI Surabaya, Yudhie Thirzano, aksi teatrikal tersebut menggambarkan wartawan yang juga bagian dari buruh, juga merasakan keprihatinan, karena banyak perusahaan media yang belum mengutamakan kesejahteraan wartawannya. "Bahkan, masih ada perusahaan media yang menggaji wartawannya di bawah Upah Minimum Regional (UMR)," katanya.

Menurutnya, perusahaan media juga banyak yang menerapkan pelanggaran praktik ketenagakerjaan, seperti perlakuan sistem kontributor, koresponden, stringer, dan semacamnya yang banyak dipraktikan di daerah-daerah tanpa ikatan atau kontrak yang jelas. "Padahal, cara kerja mereka lebih berat," ungkapnya.

Belasan wartwan AJI Surabaya dan Anwari juga membawa aneka poster yang bertuliskan "Jurnalis juga buruh", "Jurnalis tolak amplop", dan "Hentikan kekerasan terhadap jurnalis".

Yudhie mengimbau, wartawan harus melawan ketertindasan itu dengan membentuk serikat-serikat pekerja di internal perusahaan masing-masing, karena dengan payung serikat pekerja, hak buruh media akan dapat diperjuangkan dari dalam.