Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

"Waspadai NII, Awasi Ekskul Tertutup!"

Kompas.com - 29/04/2011, 13:41 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com - Kepala Dinas Pendidikan DKI Jakarta Taufik Yudi Mulyanto menghimbau seluruh kepala suku dinas dan kepala sekolah tingkat SMA dan SMK/sederajat untuk lebih memantau aktivitas ekstrakurikuler yang sifatnya tertutup. Hal itu sebagai tindakan preventif gerakan-gerakan menyusup Negara Islam Indonesia (NII) di kalangan siswa.

Taufik mengaku khawatir, apabila pengawasan lemah, para siswa akan dimasuki paham-paham NII yang keliru.

"Kegiatan-kegiatan yang dilakukan dalam ruangan-ruangan di tempat yang tidak terkontrol langsung perlu dipantau lebih jauh, baik di dalam atau di luar sekolah," kata Taufik, Jumat (29/4/2011), usai rapat paripurna dengan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) DKI, di gedung DPRD, Jakarta.

Upaya pemantauan tersebut perlu dilakukan secara lebih intensif mengingat pergerakan NII sudah semakin menyebar di sekitar Jakarta. Polda Metro Jaya bahkan sudah memetakan 11 pusat pergerakan NII di Jakarta. Dari sebelas titik tersebut sebagian besar berada di daerah pinggiran atau suburban, seperti Jakarta Selatan, Depok, Tangerang, dan Bekasi.

Wilayah suburban dinilai lebih mudah dimasuki pemahaman NII karena warganya yang tidak sesibuk wilayah pusat kota. Taufik mengingatkan, di masa menjelang pengumuman nilai UN, ada rentang waktu yang sangat lama sehingga rawan bagi siswa terkena pergerakan NII.

"Oleh karena itu, penting juga bagi sekolah menyediakan tempat kegiatan ekstra yang sifatnya lebih terbuka," tuturnya.

Selain itu, Taufik juga menegaskan, bahwa selalu perlu dilakukan lima aspek pendidikan di bidang intelektual, sosial, moral, mental, dan kecerdasan spiritual.

"Untuk mencapai aspek ini perlu dukungan dari masyarakat dan keluarga sehingga anak-anak kita tidak dengan mudah terkena pengaruh orang lain," tandasnya.

Belakangan, kisah pergerakan NII kian marak diberitakan. Organisasi tersebut sengaja menargetkan kaum pelajar, baik mahasiswa maupun siswa SMA, untuk bergabung ke dalam organisasi itu.

Modus yang dilakukan biasanya dengan meminta orang untuk menjadi responden penelitian. Dari situ pelaku mulai menjalin komunikasi hingga pada pembicaraan seputar agama dengan memenggal ayat-ayat Al-Quran. Pelajar yang akhirnya masuk ke dalam organisasi itu pun kerap kali menghilang dari rumah, mencuri barang, hingga menarik diri dari pergaulan.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Terkini Lainnya

    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com