Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Virus Flu Burung Terus Berubah

Kompas.com - 28/04/2011, 03:13 WIB

Jakarta, Kompas - Sejak muncul di Indonesia tahun 2003, virus flu burung mengalami banyak modifikasi meski masih bertipe H5N1. Jenis virus yang ditemukan di setiap daerah berbeda. Kondisi ini menuntut riset berkelanjutan dan tata kelola peternakan unggas secara ketat.

”Materi genetik virus flu burung adalah RNA (asam ribonukleat) yang secara alami mudah berubah. Saat terjadi kesalahan dalam mengopi materi genetik, dia tidak mampu membetulkan sehingga jenis virus flu burung jadi bermacam-macam,” kata Guru Besar Mikrobiologi, Fakultas Kedokteran Hewan, Universitas Gadjah Mada Widya Asmara, Rabu (27/4) di Jakarta.

Mutasi virus ini membuat gejala flu burung pada unggas saat ini berbeda dengan dulu. Saat awal muncul flu burung, penyebaran dan tingkat kematian unggas sangat tinggi. Produksi telurnya turun 20 persen.

Kini, gejala flu burung pada unggas tidak dapat lagi didasarkan atas penilaian kondisi fisik. Gangguan napas, keluar air berlebihan dari mata, serta warna tubuh biru hingga merah hitam tak dapat lagi jadi patokan. ”Masyarakat yang unggasnya mati mendadak harus segera melapor ke petugas untuk dipastikan flu burung atau bukan,” kata dia.

Maluku utara

Pengawasan lalu lintas unggas yang buruk membuat hampir seluruh provinsi di Indonesia ditemukan kasus flu burung. Koordinator Unit Pengendali Penyakit Avian Influenza Pusat M Azhar menyatakan, daerah yang masih bebas flu burung adalah Maluku utara.

Selama Januari hingga minggu ketiga April 2011, temuan kasus flu burung meningkat dibandingkan bulan-bulan sebelumnya rata-rata 196 kasus per bulan. Kondisi serupa terjadi pada periode sama tahun sebelumnya, yaitu 229 kasus pada 2010 dan 293 kasus pada 2009 per bulan.

”Musim hujan dengan suhu rendah dan kelembapan tinggi merupakan lingkungan terbaik bagi virus untuk berkembang,” kata Azhar.

Kondisi itu diperparah dengan buruknya sistem pengamanan biologis peternakan, kegemaran masyarakat memelihara unggas tanpa dikandangkan, maraknya peternakan campuran spesies unggas dan umur unggas yang berbeda, kenekatan peternak menjual ayam sakit. ”Indonesia menargetkan bebas flu burung pada 2020,” katanya. (MZW)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com