Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Asep, Fondasi Perikanan Darat

Kompas.com - 27/04/2011, 11:39 WIB

BANDUNG, KOMPAS.com — Tangan Asep Sukarsa (42) menunjuk ke gemericik air di tengah kolam miliknya di Ciparay, Kabupaten Bandung. Di sana, terdapat jutaan benih ikan mas yang siap dibesarkan di berbagai daerah. Dia berperan sebagai pembenih, sebuah fondasi dari rantai panjang produksi perikanan darat.

”Benih yang baik tentunya menghasilkan ikan yang memiliki daging yang banyak. Pembenih sebetulnya bisa meraih untung dengan benih tidak berkualitas karena pengaruhnya baru terlihat pada proses pembesaran,” ujar Asep yang ditemui di kediamannya awal April.

Pembenihan ikan dimulai dari proses pemijahan yakni mengawinkan induk betina dengan induk jantan. Setelah kawin, induk betina secara naluriah akan mencari ijuk untuk meletakkan telurnya. Telurnya ditetaskan untuk mendapatkan benih ikan. Induk seberat 3,5 kilogram bisa menghasilkan 100.000 lebih telur meski tidak semuanya menetas.

Kualitas benih bukanlah satu-satunya yang menghantui perikanan darat. Mulai dari pencemaran air di tempat pendederan maupun pembesaran hingga rasio pakan dengan daging yang kian jauh dari angka ideal. Para peternak ikan yang ada di Waduk Cirata maupun Waduk Saguling bergantung dari kuantitas daging yang dihasilkan ikan sehingga berimbas pada keuntungan penjualan.

Memimpin kelompok pembenih ”Mina Perkasa”, Asep menawarkan teknik pembenihan yang menghasilkan hasil yang berkualitas dan tentunya juga memberikan keuntungan. Mulai dari teknik pemijahan menggunakan ijuk, penetasan, hingga pemeliharaan kolam. Dia beberapa kali mengungkapkan bahwa persiapan kolam adalah segalanya, upaya setengah hati juga memberikan hasil yang setengah-setengah.

Berbekal pendidikan sekolah menengah tingkat atas, Asep memahami konsep pengelolaan tanah yang harus mendapat prioritas pertama. Untuk itu, dia sangat menegaskan pentingnya membolak balik tanah agar bakteri yang ada di tanah bisa mati. Bila tidak diantisipasi, bakteri bisa mengakibatkan benih mati dan berujung pada hasil yang tidak optimal sewaktu dipanen.

Menurut catatan kelompoknya, ada sepuluh pembenih yang tergabung dalam kelompok Mina Perkasa meski yang tidak resmi lebih dari itu. Produksinya selama setahun bisa mencapai 10.000 gelas, satu gelas bisa berisi 1.000-1.500 ekor. ”Kami punya pekerjaan yang lebih penting daripada menghitung jumlah benih yang dijual,” ujarnya diiringi tawa.

Dikejar uang

Kiprah Asep di pembenihan ikan dimulai sejak tahun 1991. Menikahi Lilis Sumartini, Asep diberi lahan sawah oleh mertuanya seluas 150 tumbak atau sekitar 2.100 meter persegi dan kemudian dibagi menjadi empat petak. Namun, tidak semuanya ditanami padi oleh Asep. Dia justru menanam dua petak dengan padi dan dua petak lainnya dibuat menjadi kolam ikan.

Meski hanya lulusan SMA Karya Pembangunan, Asep ternyata belajar teknik memijahkan ikan dari kakeknya. ”Saya ingin menjadikan dua petak itu sebagai percontohan. Masyarakat lebih suka melihat contohnya secara langsung dari pada diceramahi,” ujarnya.

Halaman:
Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Terkini Lainnya

    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com