Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Korban Cuci Otak NII Pulang ke Rumah

Kompas.com - 24/04/2011, 19:49 WIB

GRESIK, KOMPAS.com — Salah seorang korban cuci otak jaringan gerakan Negara Islam Indonesia, Agung Arief Perdana Putra, warga Perumahan Patria, Desa Bambe Kecamatan Driyorejo, Kabupaten Gresik, Jawa Timur, sudah pulang ke rumah.

Orangtua Agung, Rasyidi Syamsul Arifin dan Rahayu Kunti Andari, Minggu (24/4/2011), menjelaskan, Agung pulang pada Sabtu (23/4/2011) sekitar pukul 23.00.

Namun, hingga saat ini Agung belum bisa ditemui media. Dia banyak di kamar dan membuka jejaring sosial Faceboook. Rahayu menuturkan, anaknya pulang naik dari Terminal Purabaya Bungurasih. "Ketika saya tanya, dia mengatakan dari Malang," tuturnya.

Rasyidi menambahkan, anaknya ingin menenangkan diri dulu. Keluarga juga belum berani bertanya detail ke mana saja anaknya selama ini menghilang. "Kami khawatir, dia malah pergi lagi karena ketakutan. Sementara kami biarkan dia tenang dulu. Kami sudah senang sekali dia bisa kembali ke rumah," tuturnya.

Agung merupakan mahasiswa Teknik Informatika Universitas Muhammadiyah Malang. Dia terakhir pulang ke Gresik pada Maret dan 20 Maret kembali ke Malang. Pada 15 April lalu Agung menyatakan via telepon agar ibunya tidak usah khawatir. Ia sedang sembunyi di Malang untuk menenangkan diri. "Saya tidak usah dicari. Saya ingin menenangkan diri agar tidak dikejar-kejar orang-orang itu," kata Rahayu menirukan kata-kata Agung.

Berdasarkan penuturannya, Agung pernah dibaiat (sumpah setia) di Jakarta dan harus menyerahkan infak jihad perjuangan minimal sebesar Rp 12,5 juta. Rasyidi memaparkan, Agung pernah meneleponnya dan meminta uang Rp 10 juta pada November 2010, alasannya menghilangkan laptop temannya.

Tetapi seorang perempuan bernama Ana terus-terusan menelepon ibu Agung minta laptopnya diganti, dengan alasan untuk membiayai orangtuanya yang sakit. "Akhirnya kami transfer Rp 5 juta ke rekening Agung. Setelah itu satu bulan kemudian Rp 5 juta kami serahkan ke Ana di Malang," katanya.

Ternyata itu modus serupa, yang juga diperlakukan kepada korban cuci otak lainnya, Mahatir Rizki dari NTT. Bahkan, keluarga Rizki dimintai uang Rp 20 juta untuk ganti laptop Nana yang hilang untuk pengobatan orangtua Nana yang sakit jantung.

Selama ini di keluarganya Agung dikenal pendiam, tegas, tidak macam-macam, dan religius. Dia juga aktif di OSIS dan Paskibraka saat sekolah di SMA Negeri 1 Driyorejo.

"Kami terkejut ketika mendapat kabar dari keluarga Rizki, Agung masuk salah satu korban cuci otak NII. Kami berharap setelah ini dia membaik. Kami khawatir selama ini Agung diajarkan berbohong pada orangtua," kata Rasyidi.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com