Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Dibantah, Bali Kelebihan Turis

Kompas.com - 20/04/2011, 08:53 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com - Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata (Kemenbudpar) membantah bila Bali sebagai destinasi wisata disebut kelebihan turis seperti yang dilaporkan Majalah Time baru-baru ini. "Bali kelebihan turis? Tidak, itu sama sekali tidak benar," kata Kepala Badan Sumber Daya Kebudayaan dan Pariwisata Kemenbudpar, I Gde Pitana, di Jakarta, Selasa (19/4/2011).

Pitana mengatakan, Bali luasnya 56 ribu km dan hanya mendapatkan kunjungan turis rata-rata 2,5 juta wisman per tahun. Jika dibandingkan dengan negara lain yang luasnya tidak lebih besar dari Bali, jumlah kedatangan wisman itu justru termasuk kecil. "Dibandingkan dengan Andorra sebuah negara kecil di Eropa yang berpenduduk 84.000 jiwa, turis ke Bali sangat sedikit. Andorra dikunjungi 8 juta wisman per tahun," kata Pitana.

Ia juga mencontohkan Singapura yang luasnya hanya sekitar 1/7 Pulau Bali dengan penduduk sekitar 4,3 juta jiwa bahkan menerima rata-rata 11 juta wisman per tahun. "Jadi, bukan jumlah turis yang terlalu banyak tetapi infrastruktur pendukung yang kurang dan distribusi wisatawan yang kurang baik," katanya.

Untuk mengatasi masalah distribusi dan infrastruktur itu, Kemenbudpar merintis dan merencanakan pembangunan fasilitas publik yakni bandara baru di Bali Utara dengan menggandeng investor asing.

Menurut Pitana, salah satu kunci untuk membangun pariwisata Bali yang lebih baik adalah membangun bandara di Bali Utara agar terjadi pemerataan dan distribusi wisatawan hingga merangsang pembangunan infrastruktur pendukung pariwisata. "Pembangunan bandara di Bali Utara saat ini sudah memasuki tahap survei dengan investor yang digandeng berasal dari India," katanya.

Belum lama ini, majalah Time melalui tulisan Andrew Marshall merilis artikel tentang Bali yang berjudul Holidays in Hell. Pitana berpendapat tulisan itu memuat beberapa pernyataan yang benar tetapi kesimpulannya salah. "Bali bukanlah neraka, Bali masih merupakan surga bagi wisatawan dunia," katanya.

Marshall menuliskan bahwa Bali Selatan sudah mulai overcrowded dengan Pantai Kuta yang sudah terpolusi sampah, infrastruktur pendukung kurang, jumlah kendaraan pribadi naik, dan marak terjadi kriminalitas. Menurut Pitana, penulisnya hanya melihat Kuta sebagai representasi Bali padahal Bali bukan hanya Kuta. "Tidak berimbang, hanya melihat sisi negatif tidak melihat sisi yang positif," katanya.

Pitana menambahkan, tulisan itu lebih bersifat opini dibandingkan data. "Tingkat polusi dan kriminalitas, misalnya, seharusnya dibandingkan dengan destinasi lain di dunia," ujar Pitana.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com