JAKARTA, KOMPAS.com — Keluarga korban bentrokan TNI versus warga di Desa Setro Jenar, Kecamatan Bulus Pesantren, Kebumen, Jawa Tengah, mendatangi Gedung DPR, Selasa (19/4/2011). Keluarga korban dan warga menemui anggota Fraksi PDI Perjuangan untuk mengadukan insiden yang menimpa mereka pada Sabtu (17/4/2011). Ahmad Muslihin, salah satu korban, menceritakan kronologi kejadian tersebut.
Menurutnya, warga sebenarnya telah diajak berbicara pada 23 Maret lalu mengenai rencana penggunaan lahan garapan warga untuk tempat latihan militer. Namun, setelah beberapa kali pertemuan tidak tercapai kesepakatan. Muslihin menjelaskan, TNI setempat pun sepakat bahwa tidak akan menggunakan lahan untuk latihan militer sebelum menemukan kata sepakat. Akan tetapi, pihak Akademi Militer Malang memaksa menggunakan lahan sebagai tempat latihan karena diperlukan.
Warga, lanjutnya, tak kunjung setuju. Tanpa persetujuan warga, TNI telah membuat batas-batas hingga kemudian pada 12 April warga mulai memblokade jalan ke Dinas Pelatihan dan Pengembangan TNI.
"Tapi kita tidak mempersenjatai diri untuk menyerang TNI. Kami tidak membawa bambu runcing. Itu sekadar alat pertanian, carit cangkul, copo (keranjang) untuk bertani, tidak ada senjata tajam," ujar Muslihin di depan anggota Fraksi PDI Perjuangan, seperti Eva Kusuma Sundari, Helmi Fauzi, dan Ichsan Soelistyo.
Oleh karena aksi blokade itu, menurutnya, personel TNI tiba-tiba menyerang warga. Sejumlah warga dipukuli hingga ada korban yang mengalami luka tembak. Menurut Muslihin, TNI menembaki warga dengan membabi buta. Para keluarga korban dan warga mendesak DPR untuk turut serta menyelidiki peristiwa ini dan mendorong agar pelaku kekerasan segera diproses secara hukum. Warga juga sangat mengharapkan lahan garapan warga juga segera dikembalikan.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.