Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pemangkasan Hambat Ledakan Ulat Bulu

Kompas.com - 15/04/2011, 09:07 WIB

YOGYAKARTA, KOMPAS.com — Pemangkasan daun-daun tanaman yang rindang secara parsial atau sebagian dapat mengurangi berkembangnya populasi ulat bulu. Pasalnya, pemangkasan akan mengurangi ketersediaan pangan bagi ulat dan memudahkan sinar matahari masuk ke sela-sela daun sehingga mengurangi tingkat penetasan telur-telur kupu-kupu calon ulat bulu.

Hal ini disampaikan Dekan Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (Dekan Fakultas Pertanian UMY) Ir Agus Nugroho Setiawan, MP, menanggapi merebaknya serangan ulat bulu, Kamis (14/4/2011) di Kampus Terpadu UMY. Menurutnya ketersediaan pangan merupakan salah satu faktor yang menyebabkan populasi ulat bulu mudah berkembang, selain juga suhu dan kelembaban.

"Ulat itu mengalami metamorfosis atau perubahan bentuk. Dari telur kemudian menetas menjadi ulat kemudian kepompong lalu menjadi kupu-kupu atau ngengat. Agar telur menetas, diperlukan suhu maupun kelembaban tertentu sehingga masih banyaknya curah hujan turun memengaruhi berkembangnya populasi ulat bulu tersebut," urainya.

Ketika ditanya mengenai penyebab ledakan populasi ulat bulu, Agus menyebutkan bahwa salah satunya adalah perubahan iklim. Siklus hidup ulat dapat berjalan dengan baik ketika hidup di lingkungan yang sesuai atau mendukung. "Siklus biasa yang terjadi adalah larva menetas dan diikuti pertumbuhan predator serangga atau ulat tersebut. Namun yang cenderung saat ini adalah pertumbuhan tidak diikuti oleh pertumbuhan predator atau pemangsa ulat. Itu bisa jenis serangga yang lain, burung, atau lainnya," urainya.

Agus menambahkan, apabila pertumbuhan pemangsa atau predator ulat tersebut naik, maka populasi ulat bisa turun. Jika populasi ulat turun, maka populasi predator juga akan ikut turun. "Namun yang terjadi saat ini bisa jadi iklim mendukung tumbuhnya populasi ulat bulu, tetapi tidak mendukung populasi predator," ungkapnya.

Agus juga mengatakan bahwa serangan ulat bulu yang terjadi di daerah-daerah di Indonesia saat ini bukan karena penyebaran ulat dari daerah satu ke daerah lain. Menurutnya, kecil kemungkinan bisa terjadi penyebaran dari daerah ke daerah. Agus memaparkan bahwa setiap daerah memiliki potensi sebagai tempat ulat bulu untuk berkembang. "Yang membedakan hanya kondisi cuaca dan ketersediaan pangan yang ada. Oleh karena itu, ada tempat yang sudah terkena ulat bulu dan ada yang belum," ujarnya.

Terkait langkah antisipasi, selain pemangkasan terhadap pohon-pohon yang rindang, masyarakat bisa menggunakan pestisida. Namun, dampak penggunaan pestisida perlu diperhatikan, baik terhadap manusia maupun, hewan, maupun tumbuhan lainnya.

Alternatif lain adalah menggunakan pestisida nabati yang mengandung bahan-bahan dari tumbuhan. Dosen Fakultas Pertanian UMY ini berharap, masyarakat jangan terlalu khawatir adanya kasus ulat bulu tersebut. "Banyak antisipasi yang bisa dilakukan seperti melakukan eradikasi atau melakukan pemusnahan bagian tanaman yang terkena ulat. Misalnya, daun yang sudah terkena ulat dipotong, kemudian dibakar," paparnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Terkini Lainnya

    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com