Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ulat Bulu Tak "Mempan" Pestisida

Kompas.com - 13/04/2011, 20:03 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com — Meski sudah disemprot insektisida jenis pestisida, Selasa (12/4/2011), ulat bulu ternyata masih mudah ditemui di lokasi pepohonan cemara di Tanjung Duren Utara, Jakarta Barat, Rabu (13/4/2011). Menurut peneliti utama Balitbang Kementerian Pertanian, Prof Dr Deciyanto Soetopo, mengatakan, hal itu bisa disebabkan beberapa faktor.

Pertama, jenis pestisida yang dipilih kurang tepat atau memiliki kadar yang rendah. Kedua, kemungkinan ada ulat bulu yang tidak terkena langsung dengan semprotan cairan insektisida kimia tersebut.

"Jadi, masih ada yang bertahan hidup sampai saat ini," kata Deciyanto saat meninjau lokasi di Tanjung Duren.

Selain itu, lanjut Deciyanto, ada jenis pestisida tertentu yang tidak menghasilkan efek langsung. "Jenis pestisida kimiawi tertentu efeknya baru bisa terlihat setelah beberapa hari," ujarnya.

Ia mengaku tidak mengetahui jenis pestisida apa yang telah digunakan Suku Dinas Pertanian Jakarta Barat kemarin. Karena itu, pihaknya masih akan terus melihat sejauh mana efek yang dihasilkan dari upaya yang penyemprotan yang telah dilakukan.

Dijelaskan pula, pola hidup ulat bulu kerap menyulitkan upaya pemusnahan. Biasanya, ulat bulu akan bersembunyi pada siang hari dan mudah terlihat pada malam hari.

Upaya pembasmian ulat bulu di Tanjung Duren telah dilakukan Suku Dinas Pertanian Jakarta Barat, kemarin. Insektisida jenis pestisida disemprotkan ke seluruh pohon cemara yang berada di sepanjang bantaran Kali Sekretaris, RT 015 RW 07, Tanjung Duren Utara, Grogol.

Namun, upaya tersebut ternyata belum mampu membasmi tuntas ulat bulu yang menyebabkan gangguan kesehatan, berupa gatal-gatal, yang dialami warga di lokasi tersebut.

Kepala Balitbang Kementerian Pertanian Haryono ditemani sejumlah staf ahli, sore ini meninjau lokasi habitat ulat bulu di Tanjung Duren. Menurut Haryono, mereka bermaksud meneliti lebih lanjut jenis ulat bulu yang berkembang di lokasi tersebut dan faktor-faktor penyebab peningkatan jumlahnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Terkini Lainnya

    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com