GUNUNGKIDUL, KOMPAS.com - Lagi-lagi kemiskinan menjadi faktor keluarga tidak memperoleh pelayanan kesehatan yang layak. Fatimah Azahra, bayi berusia 12 hari, anak ketiga dari pasangan Ahmad Talib (36) dan Suliyanti (36), terlahir dengan benjolan tumor di pantatnya sebesar kepalanya.
Ironisnya, sejak 12 hari terlahir, anak pasangan buruh serabutan itu belum mendapatkan penanganan medis karena tak ada biaya. Keduanya adalah warga Dusun Tawarsari, Desa Wonosari, Gunungkidul, Daerah Istimewa Yogyakarta.
Menurut Suliyanti, saat proses persalinan di tempat bidan swasta di Wonosari, kelainan fisik sudah tampak. Besar benjolan pada bagian pantat yang diperkirakan tumor tersebut, berukuran hampir sama dengan kepala bayi.
Sementara, kaki bayi susah untuk diluruskan karena terganjal benjolan tersebut. Usai persalinan, bidan menyarankan pemeriksaan lebih lanjut di RSUD Wonosari. Namun karena keterbatasan peralatan, dokter RSUD merujuknya ke Rumah Sakit Sarjito Yogyakarta.
"Di RS Sarjito, sebelum anak saya mendapatkan penanganan medis, terpaksa saya bawa pulang karena biaya awal untuk foto rontgen saja sudah Rp 1 juta. Belum lagi nanti harus USG dan lain-lain. Terus terang saya bingung harus mencari uang dari mana," kata Saliyanti sambil meneteskan air mata, Senin (11/4/2011).
Suliyanti mengatakan, pihak RS Sarjito saat itu beralasan, orangtua pasien bayi tidak memiliki Jaminan Kesehatan Sosial, atau Jamkesos, termasuk surat keterangan miskin atau SKM, sehingga tidak bisa dilayani.
Saat ini Saliyanti hanya bisa berharap ada perhatian dari dermawan atau dari instansi pemerintah terkait, hingga dapat meringankan bebannya dan memulihkan kondisi bayinya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.