Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Rambu-rambu Jalan "Mati" di Tangan Pak Ogah

Kompas.com - 11/04/2011, 04:09 WIB

Sinar matahari membakar kulit Abdul Khoir (38) dan Rian (24) di sebuah belokan di Jalan Juanda, Depok. Mereka melindungi diri dari terik dengan jaket berpenutup kepala. Khoir mengatur kendaraan dari arah Jalan Raya Bogor, sementara Rian dari arah Jalan Margonda.

Minggu (10/4) siang mereka mendapat giliran mengatur kendaraan pukul 13.30-15.00. Khoir yang akrab disapa AO mengaku mengatur jalan kini sudah menjadi pekerjaannya. Namun, bagi Rian, karyawan sebuah pabrik di Jalan Raya Bogor, pekerjaan ini hanya sambilan yang dilakukan setiap hari Sabtu dan Minggu.

”Orang bilang sih kami ini Pak Ogah, tetapi kok kesannya jelek, ya,” kata Rian sambil menghitung hasil kerja. Dalam waktu satu setengah jam, Khoir dan Rian meraup Rp 140.000 yang dibagi dua.

Sistem kerja

Menjadi Pak Ogah tidak dapat sembarangan mengatur kendaraan di jalan. Mereka terikat oleh kesepakatan waktu yang harus bergantian dengan Pak Ogah lain. Setiap hari ada 10 shift di satu belokan itu. Shift kerja itu terbagi mulai pukul 06.30-22.00.

Waktu kerja masing-masing Pak Ogah ditentukan oleh perkumpulan warga setempat dengan sistem undian. AO dan Rian bergabung di perkumpulan yang mengelola satu dari empat belokan di Jalan Juanda. Hanya di satu belokan itu pada hari Sabtu dan Minggu, hingga 20 orang terlibat.

Seusai membagi hasil, keduanya menyisihkan Rp 4.000 sebagai kas perkumpulan. Uang kas ini dipakai untuk memberi santunan bagi yang mengalami kecelakaan atau sakit. Apabila ada sisa, pada saat Lebaran uang kas akan dibagikan ke seluruh anggota. Namun, jika hanya sedikit, uang itu dipakai untuk makan bersama.

Khoir dan Rian mengaku hanya ingin membantu kelancaran lalu lintas dengan apa yang dikerjakannya. Namun, tidak semua bantuannya benar karena dia hanya membantu pengguna jalan yang balik arah dengan niat minta imbalan uang receh tanpa memperhitungkan volume kendaraan yang dipenggalnya.

Akibatnya, terjadi kemacetan panjang. Belum lagi di putaran itu ada rambu-rambu larangan belok dari arah Jalan Raya Bogor. Ketika hal ini ditanyakan, Khoir hanya tertawa. ”Saya kan membantu orang agar tidak macet,” katanya enteng.

Kesepakatan pelanggaran rambu pun terjadi: suka sama suka antara Pak Ogah dan pengguna jalan. Rambu lalu lintas pun ”mati” di tangan Pak Ogah.

Halaman Berikutnya
Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com