YOGYAKARTA, KOMPAS -
”Pelaksanaan Jamkesmas ini telah diatur dengan Surat Keputusan Bupati Nomor 367/Kep.KDH/A/2010 tentang peserta Jamkesmas,” kata Kepala Dinas Kesehatan Sleman dr Mafilindati Nuraeni, Jumat (8/4). Para korban berasal dari 7 kecamatan dan 31 desa.
Menurut Mafilindati, mulai tanggal 7 Maret 2011, korban erupsi Merapi yang sebelumnya menggunakan pusat penjaminan krisis (PPK) dapat mulai memanfaatkan Jamkesmas. Rujukan dan jenis pelayanan yang didapatkan peserta Jamkesmas telah diatur melalui Pedoman Pelaksanaan Jamkesmas.
”Untuk mendapat layanan kesehatan, peserta Jamkesmas bisa menuju ke puskesmas. Kemudian, jika dibutuhkan rujukan ke rumah sakit, warga dapat berobat ke rumah-rumah sakit yang telah ditunjuk,” kata Mafilindati. Antara lain Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Sleman, RS Grhasia, RSUD Prambanan, RS Bhayangkara, dan RS Panti Rini.
Dari total 144.660 jiwa korban erupsi Merapi, sampai saat ini baru 1.670 warga yang memanfaatkan Jamkesmas.
Sementara itu, korban Merapi yang menghuni lokasi-lokasi penampungan saat ini tercatat masih 323 keluarga. Mereka adalah bagian dari 2.613 keluarga korban Merapi yang sebelumnya menghuni pengungsian. Sisanya, 2.290 keluarga sudah menghuni hunian sementara (huntara).
”Selama satu bulan terakhir, setiap keluarga yang tinggal di huntara mendapat jatah hidup Rp 5.000 per orang per hari. Selain itu, mereka juga mendapat bantuan 17 jenis barang, seperti mi, peralatan masak, teh, gula, hingga pakaian,” kata Kepala Dinas Tenaga Kerja Sosial Sleman Kriswanto.
Sementara korban yang masih tinggal di barak pengungsian tetap mendapatkan bantuan logistik dengan pengadaan dapur umum di Desa Glagaharjo, Singlar, Besalen, Kepuharjo, Pagerjurang, dan Glagah Malang. Bantuan yang ada berupa beras, minyak, gula, mi, dan uang lauk pauk Rp 3.000 per orang per hari.
Sebelumnya, Bupati Sleman Sri Purnomo, telah mengajukan perpanjangan penyaluran jatah hidup kepada Kementerian Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat. Perpanjangan diusulkan hingga Desember 2011.
Di Magelang, Jawa Tengah, proyek penguatan satu lajur jembatan Kali Pabelan, akhirnya dimulai pada Jumat (8/4) malam. Penguatan berupa pemasangan rangka baja ini diperkirakan tuntas dalam satu hari.
Jika tidak ada kendala yang cukup berarti, mulai minggu depan, satu lajur jembatan tersebut sudah bisa dilalui kendaraan bermuatan berat. Penguatan jembatan dilakukan dengan menyuntikkan beton berkualitas tinggi dan memasang pengaman baja.
Seperti diberitakan, hantaman banjir lahar dingin telah merusak jembatan Pabelan dan mengganggu lalu lintas.