Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ulat Bulu Probolinggo Bukan Hal Baru

Kompas.com - 07/04/2011, 19:51 WIB

YOGYAKARTA, KOMPAS.com - Ledakan populasi ulat bulu di Probolinggo, Jawa Timur terjadi karena semakin berkurangnya faktor pembatas dan naiknya temperatur udara. Meski demikian, kejadian ini bukanlah fenomena baru.

Demikian diungkapkan Pakar Entomologi (ilmu tentang serangga) Universitas Gadjah Mada (UGM), Suputa, Kamis (7/4/2011) di Yogyakarta. "Kejadian ini bukan fenomena baru. Kasus serupa pernah terjadi di Thailand tahun 2003 dengan sasaran yang sama, yaitu pohon mangga," ujarnya.

Ledakan populasi ulat bulu di Probolinggo sempat menggegerkan masyarakat karena pergerakan hewan-hewan itu sampai masuk ke rumah-rumah penduduk. Diperkirakan, minimnya faktor pembatas dan naiknya temperatur udara menjadi pemicu terjadinya ledakan populasi.

"Faktor pembatas ulat bulu ada dua macam, yaitu faktor dependence dan faktor independence. Faktor dependence meliputi kelaparan, penyakit, serangan parasitoid dan predator. Sedangkan, faktor independence disebabkan karena naiknya temperatur udara yang mempercepat siklus hidup ulat bulu," kata Suputa yang juga seorang dosen Jurusan Hama dan Penyakit Tumbuhan Fakultas Pertanian UGM.

Saat ini, banyak musuh alami ulat bulu yang hilang seperti burung dan lalat. Perburuan burung yang tak terkendali mengakibatkan berkurangnya populasi burung-burung pemangsa ulat. Sementara itu, faktor pembatas lain yaitu parasitoid berupa larva lalat yang tumbuh di dalam larva ulat bulu mati kerena pemanfaatan insektisida kimia yang berlebihan.

Sementara itu, perubahan iklim yang ditandai dengan naiknya temperatur udara turut mempercepat siklus hidup ulat bulu. Kabupaten Probolinggo yang berada di daerah pesisir dengan temperatur agak panas sangat cocok sebagai tempat ulat bulu berkembang biak. "Setiap ngengat betina mampu memproduksi 70 hingga 300 ekor. Jika telur-telur itu menetas seluruhnya, maka perkembangan populasi ulat bulu akan sangat cepat," paparnya.

Dua spesies

Berdasarkan penelitian para pakar serangga Jurusan Hama dan Penyakit Tumbuhan Fakultas Pertanian UGM, terdapat dua spesies ulat bulu yang menyerang pohon mangga di Probolinggo, yaitu Arctornis sp dan Lymantria atemeles Collenette. Kedua spesies ulat ini menyerang pohon mangga jenis tertentu, yaitu manalagi.

Dua spesies ulat bulu ini memiliki perbedaan. Lymantria atemeles Collenette sendiri memiliki dua antene di bagian kepala dengan pola seperti berlian di bagian punggung serta mempunyai pola bercak berwarna biru di sekujur tubuhnya yang dapat mengeluarkan racun dan menyebabkan gatal-gatal. Sedangkan, Arctornis sp hanya memiliki satu antene di bagian kepala, namun tak memiliki racun yang mengakibatkan gatal-gatal jika tersentuh kulit manusia.

Dari hasil penelitian, diperkirakan menetasnya telur-telur dua spesies ulat bulu di Probolinggo ini terjadi mulai tanggal 17 Januari 2011. Selanjutnya, larva ulat bulu mulai menyerang tanggal 1 Februari 2011 hingga pertengahan Maret 2011. Lalu, mulai tanggal 16 Maret 2011 larva memasuki fase prapupa dan pupa (kepompong). Perlu diketahui, setelah dari kepompong, ulat bulu ini tidak berubah menjadi kupu-kupu tapi ngengat yang merupakan jenis hewan nocturnal (beraktivitas pada malam hari).

Harus dikendalikan

"Jika tak ada pengendalian, bisa jadi serangan ulat bulu ke depan akan semakin besar. Untuk menghindari hal ini, pengendalian hama secara terpadu sebenarnya bisa dilakukan melalui pendayagunaan musuh alami, seperti parasitoid larva-pupa Brach ymeria Iasus, parasitoid larva Compsilura concinnata Meigen, penggunaan perangkap lampu UV untuk menangkap ngengat jantan dan betina, atau pemanfaatan pestisida pada batang pohon," tambah Suputa.

Sementara itu, ahli Hama dan Penyakit Tumbuhan UGM Profesor Susamto Somowiyarjo menambahkan, untuk mencegah terjadinya ledakan populasi hama tanaman, para petani harus menghindari sistem monokultur (menanam satu jenis tanaman) dalam suatu wilayah secara terus-menerus. Sistem penyeragaman tanaman dan pergiliran pola tanam perlu dilakukan untuk menjaga rantai makanan, sehingga predator hama pengganggu tanaman tetap hidup dan mampu membasmi hama pengganggu tanaman secara alamiah.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Terkini Lainnya

    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com