Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Industri Nyaris Bangkrut

Kompas.com - 05/04/2011, 04:05 WIB

Banyuwangi, Kompas - Sejumlah perusahaan pengalengan ikan sarden di Kecamatan Muncar, Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur, saat ini kembang kempis. Mereka tak bisa mendapatkan pasokan ikan lokal, sehingga terpaksa mendatangkan ikan impor yang harganya dua kali lebih mahal.

Di Kecamatan Muncar, misalnya, kini hanya ada tujuh perusahaan yang memproduksi ikan kaleng untuk pasaran nasional dan ekspor. Padahal lima tahun lalu tercatat ada 12 perusahaan.

”Sebagian tutup karena tak mendapatkan suplai bahan baku. Termasuk pabrik saya. Jumlah ikan yang didapatkan di Muncar kian sedikit. Pabrik yang tak mendapatkan bahan baku terpaksa gulung tikar,” kata Yulia Pujiastuti, Ketua Asosiasi Pengalengan ikan, Senin (4/4).

Pelabuhan Perikanan Muncar terkenal dengan tangkapan ikan sarden. Menurut Sukisman, nelayan pemilik kapal, nelayan biasanya mendapatkan ikan sarden ber ton-ton sekali melaut. Saat ini, ikan sarden sulit dicari. Dua tahun terakhir, tangkapan merosot drastis.

Tidak hanya ikan sarden yang berkurang, juga ikan layur yang biasanya laku diekspor.

Minimnya bahan baku membuat tujuh perusahaan yang tersisa kini dalam kondisi kembang kempis. Mereka bertahan dengan pasokan ikan impor dari China, Taiwan, India, dan Maroko.

Supriadi, Humas PT Sumber Yala Samudera, salah satu perusahaan pengalengan ikan di Muncar, mengatakan, harga ikan sarden impor dari China dan Maroko mencapai Rp 6.500 per kg. Harga ini, dua kali lipat dibandingkan harga ikan lokal yang sebelumnya mereka gunakan. ”Tetapi untuk menjaga kelangsungan produksi pabrik, kami tetap membelinya,” ujarnya.

Jumlah ikan impor pun tak bisa memenuhi 100 persen kebutuhan pabrik di Sumber Yala Samudera. Menurut Supriadi, kebutuhan ikan sarden per bulan bisa mencapai 55-65 ton, tetapi pasokan impor rata-rata hanya 25 ton per bulan.

Perusahaannya sudah mencoba mencari pasokan ikan sebagai tambahan bahan baku, tetapi ikan sarden sulit ditemukan di seluruh perairan pantai selatan Jawa dan Sulawesi. ”Kalaupun ada, harganya mencapai Rp 8.000 per kg,” katanya.

Pengurangan karyawan

Persoalan bahan baku akhirnya berdampak pada pengangguran. Sejak empat bulan lalu, 107 buruh di PT Maya Muncar, salah satu pabrik pengalengan ikan, diliburkan. Menurut Suparno, salah satu buruh PT Maya Muncar, perusahaannya tak lagi memanggil mereka untuk bekerja. ”Kami diliburkan tanpa ada kepastian. Padahal, saya sudah 25 tahun bekerja di perusahaan itu,” katanya saat mengadu ke Gedung DPRD Banyuwangi.

Selama ini, PT Maya Muncar mempekerjakan 661 buruh, 591 di antaranya buruh lepas. Mereka biasanya bekerja di bidang produksi, distribusi, dan pengepakan.

Yulia mengakui, kondisi perusahaan pengalengan ikan sulit. Pabrik kadang meliburkan karyawannya karena kekurangan bahan baku. (NIT)

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com