Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Terkena Limbah Emas, Ribuan Udang Mati

Kompas.com - 31/03/2011, 17:43 WIB

MATARAM, KOMPAS.com - Ribuan ekor udang di sejumlah tambak di Kabupaten Sumbawa, Nusa Tenggara Barat, mati diduga akibat limbah beracun yang hanyut akibat banjir dari lokasi penggelondongan emas tanpa izin di wilayah tersebut.

Petambak udang di Desa Sangor, Kabupaten Sumbawa, Herman Maruddani ketika dihubungi dari Mataram, Kamis (31/3/2011) mengatakan, ribuan ekor udang umur 50 hari yang dibudidayakan pada 12 kolam seluruhnya mati, begitu juga udang yang umurnya sudah 97 hari.

Udang milik petambak H Daeng Kumaidi di 12 kolam, milik Franky Wijaya enam kolam dan petambak lainnya di Teluk Santong dan Gapit di 10 kolam, juga mati.

"Masih banyak udang di lokasi tambak lainnya yang mati akibat limbah beracun tersebut," katanya.

Ribuan ekor udang tersebut mati setelah banjir bandang melanda sejumlah wilayah kecamatan di Kabupaten Sumbawa termasuk Kecamatan Maronge.

"Karena itu kami menduga udang tersebut mati karena air raksa yang berasal dari penambangan emas ilegal," ujarnya.

Ia mengatakan, dua hari setelah banjir, terlihat cukup banyak udang yang mati dan pada hari ketiga seluruh isi tambak mati.

Tidak ada kelihatan bintik-bintik putih pada kulit udang yang mati, bahkan warna kulit udang berubah menjadi merah jambu.

Menurut dia, udang mati karena penyakit biasanya terapung di permukaan tambak. Tetapi yang terjadi sekarang udang mati tenggelam di dasar kolam.

Herman mengaku beberapa hari setelah ditemukan banyak udang mati pihaknya melapor ke Camat Maronge serta Dinas Kelautan dan Perikanan Sumbawa, namun tidak ada tindakan yang diambil secara cepat.

"Kami menyayangkan pihak Dinas Kelautan dan Perikanan Sumbawa tidak merespon cepat laporan para petambak. Utusan dari instansi tersebut baru datang setelah beberapa hari kemudian, dan mereka datang mengambil sampel udang dan air tambak," ujarnya.

Mengenai kerugian petambak, ia mengaku belum bisa memastikan, namun diperkirakan mencapai ratusan juta rupiah, karena ada tambak yang akan dipanen.

"Beberapa petambak sempat panen udang kendati masih kecil, namun ada yang tambaknya seluas satu hektare hanya bisa panen tujuh kilogram udang. Kerugian akibat banyak udang yang mati diperkirakan mencapai ratusan juta rupiah," katanya.

Menurut informasi dari Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Sumbawa, udang tersebut mati karena terserang penyakit bintik putih.

Namun para petambak belum yakin karena pada kulit udang tidak menunjukkan bintik-bintik putih seperti pada ciri-ciri yang terserang virus tersebut.

Staf Pengawasan Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Sumbawa Abdul Gani mengaku telah mendapat laporan soal banyaknya udang yang mati tersebut dan sudah dilakukan pemeriksaan di Balai Pembenihan Air Tawar (BPAP) Situbondo, Jawa Timur.

"Berdasarkan hasil pemeriksaan laboratorium BPAP terhadap sampel udang dan air yang diambil dari tambak di Kecamatan Maronge dan beberapa lokasi lainnya, terdeteksi ribuan udang mati karena white spot syndrome virus’ (WSSV) atau jenis penyakit udang yang cirinya ada bintik-bintik putih pada kulit udang," ujarnya.

Mengenai kemungkinan udang tersebut mati karena air raksa dari lokasi penambangan emas tanpa izin, ia mengatakan pihaknya tidak berani memastikan itu karena lembaga yang memiliki kewenangan adalah Badan Lingkungan Hidup (BLH).

Ia membantah tudingan pihaknya kurang tanggap terhadap laporan para petambak terkait banyaknya udang mati.

"Tidak benar kalau kami kurang tanggap terhadap laporan para petambak, buktinya setelah mendapat laporan kami datang ke lokasi untuk mengambil sampel air dan udang," katanya.

Selain itu, kata dia, pihaknya juga melapor ke BPAP Situbondo untuk dilakukan pemeriksaan laboratorium.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com