Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Etnis Rohingnya: Antara Aceh dan Myanmar

Kompas.com - 31/03/2011, 15:00 WIB

Kehadiran muslim Rohingnya di kawasan komplek pelabuhan Malahayati, Kabupaten Aceh Besar, memang memberi cerita tersendiri, bagi warga sekitar pelabuhan. Kemiripan secara fisik antara muslim Rohingnya dan warga Krueng Raya, Aceh Besar, membuat mereka seolah tak berbeda. “ Kalau sudah berbicara baru terlihat bedanya, karena antara kami dan mereka saling tidak mengerti, kalau mau berkomunikasi ya pakai bahasa isyarat saja,” ujar Amran, seorang warga.

Setelah satu setengah bulan berada di lokasi penampungan sementara, akhirnya para pengungsi illegal asal Myanmar ini, diputuskan untuk dipindahkan ke karantina Imigrasi Medan Sumatera Utara, menyusul putusan UNHCR yang akan memindahkan manusia perahu ini ke beberapa negara yang bersedia menerima mereka.

Kepala Kantor Imigrasi Aceh, Wilmar Sayuti, di Banda Aceh, Rabu, (30/03/2011) mengatakan, pemindahan para pengungsi asal Myanmar ini dilakukan berdasarkan putusan yang dikeluarkan oleh Dirjen imigrasi Pusat.

Proses pemindahan tersebut, kata Wilmar, difasilitasi International Organization for Migration (IOM), dan badan urusan pengungsi PBB, United Nations High Commissioner for Refugees (UNHCR). “Kita sudah diperintahkan oleh Dirjen Imigrasi pusat untuk menempatkan para pengungsi asal Myanmar ke Medan, Sumatera Utara, selebihnya mereka akan ditangani oleh Imigrasi setempat dan pihak IOM dan UNHCR,” kata Wilmar Sayuti.

Namun Wilmar tidak bisa menjelaskan ke negara mana para pengungsi tersebut akan dikirimkan. Para pengungsi ini diberangkatkan dari Aceh menuju Medan dengan menggunakan jalur darat. “Itu adalah keputusan dan wewenang pihak UNHCR. Yang pasti setelah dikirim ke karantina di Medan, mereka akan di tangani oleh IOM sembari melengkapi dokumen-dokumen mereka sebagai pengungsi oleh UNHCR” kata Wilmar.

Akhirnya, enam bus berbadan besar, perlahan meninggalkan Krueng Raya, Aceh Besar, Rabu (30/03/2011) malam. Kepergian para muslim Rohingnya ini juga meninggalkan kesan tersendiri bagi warga yang berdomisili disekitar pelabuhan Krueng Raya.

Ada yang sedih karena berpisah dengan orang-orang yang sudah dianggap sebagai saudara bahkan keluarga, namun ada juga yang menitikkan airmata karena ditinggal oleh seseorang yang sudah mulai menjadi tambatan hati selama 45 hari terakhir ini. Dan , para muslim Rohingnya ini pun, kembali menjalani garis hidupnya.

Rombongan Umar dan kawan-kawan bukanlah  manusia perahu asal Myanmar pertama yang terdampar di daratan Aceh, setelah berhari-hari terombang ambing di lautan akibat kerusakan perahu yang mereka tumpangi.

Awal Januari 2009 lalu seratusan warga Myanmar dengan kondisi dan tujuan yang sama juga terdampar di daratan Aceh, tepatnya di pulau Sabang. Kemudian pertengahan 2009, kembali sebanyak 55 warga myanmar terdampar di kawasan Meulaboh, Aceh Barat.

Dan penghujung tahun 2009, sebanyak 37 warga Myanmar kembali terdampar di daratan Idi, kabupaten Aceh Timur.

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com