Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Petani Belum Banyak Mengetahui

Kompas.com - 21/03/2011, 04:08 WIB

YOGYAKARTA, KOMPAS - Petani di sejumlah wilayah DI Yogyakarta belum banyak mengetahui penyakit leptospirosis dan bahayanya. Padahal, penyakit yang sedang merebak itu mengancam para petani.

Dinas Kesehatan DI Yogyakarta mencatat, tahun 2011 terdapat 106 kasus leptospirosis di Kabupaten Bantul, Sleman, Kulon Progo, Gunung Kidul, dan Kota Yogyakarta. Sebanyak 14 orang di antaranya meninggal dan 90 persennya petani.

Boiran (56), petani Desa Gejawan Wetan, Kecamatan Gamping, Sleman, pekan lalu, mengaku tak tahu penyakit leptospirosis. Pemerintah belum pernah menyosialisasikan penyakit itu.

”Yang kerap datang justru petugas penyuluh lapangan. Mereka tak berbicara soal penyakit itu, tetapi upaya memberantas hama dan penyakit tanaman, salah satunya pemberantasan tikus,” kata Boiran.

Taryono (52), petani Desa Jatisarono, Kecamatan Nanggulan, Kulon Progo, mengatakan, pemerintah desa memang meminta setiap warga mewaspadai penyakit akibat urine tikus. Namun, banyak yang belum tahu jelas gejala dan dampaknya.

”Kami hanya diimbau kalau terjadi panas tinggi dan sakit kepala, segera ke puskesmas. Kami juga diminta membasmi tikus di sawah,” kata Taryono.

Secara terpisah, Kepala Pusat Studi Lingkungan Hidup Universitas Gadjah Mada Yogyakarta Hari Kusnanto mengatakan, berdasar penelitian di Bantul, pola penyebaran leptospirosis berada di alur irigasi dan sungai-sungai kecil di persawahan. Air di lokasi itu mengandung bakteri Leptospirosa sp yang berasal dari inang penular, seperti tikus atau sapi yang terjangkit leptospirosis.

”Agar tren penyakit itu tidak meningkat, masyarakat perlu menekan laju populasi tikus dan kembali mempraktikkan teknik-teknik kesehatan dasar. Jangan remehkan penyakit itu karena dapat mengakibatkan pendarahan paru-paru, gagal ginjal, dan lever,” kata Hari.

Dinas kesehatan diharap tak hanya fokus mengobati dan mencegah leptospirosis. Koordinasi dengan dinas peternakan atau dokter hewan pun perlu. (HEN)

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com