Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pengungsi Berangsur Pulang

Kompas.com - 16/03/2011, 04:08 WIB

Pidie, Kompas - Para pengungsi korban banjir bandang yang melanda sejumlah desa di Kecamatan Tangse, Kabupaten Pidie, Nanggroe Aceh Darussalam, Selasa (15/3), berangsur pulang. Mereka memilih meninggalkan pengungsian karena keterbatasan fasilitas dan tidak tahan cuaca alam terbuka.

”Pengungsi banyak yang kedinginan di pengungsian. Tidak semua punya selimut. Selain itu, alas tidur terbatas. Yang tersedia hanya tikar,” ujar Fajar, Sukarelawan Pengungsian Desa Ranto Panyang.

Tercatat sebanyak 3.016 pengungsi korban banjir bandang di Tangse. Mereka tersebar di sejumlah lokasi. Mereka kebanyakan dari Desa Layan, Ranto Panyang, Pucoek, dan Blang Dalam yang paling parah terkena dampak banjir. Sebagian korban menumpang di rumah kerabat dan tetangga desa, sementara sebagian lagi di meunasah-meunasah yang aman dari terjangan banjir.

Mereka yang mengungsi di meunasah inilah yang memilih pulang. Salah satunya di Meunasah Blang Dhot yang semula dihuni 500 pengungsi dari Desa Ranto Panyang dan Sarah.

Persediaan air di meunasah terbatas. Meskipun mereka telah mendapat bantuan makanan dan minuman yang mencukupi, tetapi tinggal di bangunan terbuka hanya beralas tikar membuat mereka kedinginan. Apalagi saat ini musim hujan.

Sekretaris Daerah Pidie Irawan mengatakan, tak ada tempat khusus untuk menampung pengungsi. Untuk sementara pengungsian masih di rumah warga dan meunasah.

Hingga hari kelima pascabanjir bandang, upaya pembersihan jalur jalan menuju Desa Blang Pandak yang masih terisolasi terus dilakukan. Ditargetkan pada Sabtu (19/3) jalur tersebut sudah dapat dilalui kendaraan untuk mengirim bantuan logistik bagi 325 keluarga di desa itu yang terkurung hampir sepekan.

Sementara itu, banjir kiriman menyebabkan 32 hektar tanaman padi di persawahan Desa Tendakinde, KecamatanWolowae, Kabupaten Nagekeo, serta 25 hektar padi ladang di Desa Kamubheka, Kecamatan Maukaro, Kabupaten Ende, Flores, Nusa Tenggara Timur, terendam, Minggu.

Sekitar 100 rumah warga juga tergenang air setinggi 1 meter. Bahkan, tembok penyokong dua jembatan rusak. Desa Tendakinde terletak di kawasan hilir berbatasan langsung dengan Desa Kamubheka.

Kepala Kesatuan Bangsa Politik dan Perlindungan Masyarakat, Kabupaten Nagekeo, Loi Sirilus, yang dihubungi dari Ende, Selasa, menjelaskan, tim teknis pemerintah setempat tengah mendata kerusakan yang terjadi. Hal itu dimaksudkan untuk memproyeksikan bantuan kepada korban banjir.

”Untuk pembuatan beronjong dibutuhkan sekitar Rp 20 miliar. Hal ini juga mesti dibahas bersama dengan Pemkab Ende karena Kecamatan Wolowae berbatasan dengan Kecamatan Maukaro Ende,” katanya.

Masih terkait pascabanjir, Pemerintah Kabupaten Gresik, Jawa Timur, terus menyalurkan bantuan kepada korban banjir luapan Kali Lamong. Bantuan berupa 41.465 kilogram beras, 620 dus mi instan, 545 dus air kemasan, dan 8.000 karung plastik. (HAN/ACI/SEM)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com