Padang, Kompas -
Sejumlah pasien lain mulai dirawat sejak 3 Maret dan 7 Maret. Sebagian besar di antaranya terduga adalah anak balita. Seluruh pasien diketahui memiliki kontak dengan unggas yang mati mendadak, sebelum menderita serangan yang diduga flu burung.
Beri Yonara (34), orangtua salah seorang pasien berumur 17 bulan, mengatakan, sebelum menderita demam tinggi anaknya diketahui memiliki kontak dengan ayam peliharaan milik tetangga. ”Lokasi ayam itu dipelihara berjarak sekitar dua meter dari rumah saya,” katanya.
Sementara menurut Safrizal (28), saat mendampingi anaknya yang berusia tiga bulan, menyebutkan, sebelum dibawa ke rumah sakit, anaknya sempat menderita kejang. ”Napasnya juga sesak,” katanya.
Kepala Instalasi Humas dan Pengaduan Masyarakat RSUP Dr M Djamil, Gustafianof, mengatakan, sejak Januari telah terdapat 12 pasien terduga flu burung yang dirawat. ”Sebagian sudah pulang karena diketahui negatif,” ujarnya.
Secara terpisah, Kepala Dinas Peternakan Sumbar, Edwardi, mengatakan, berdasarkan jumlah kasus kematian unggas di Padang, sudah selayaknya status Kejadian Luar Biasa (KLB) ditetapkan. Ia mengatakan, saat ini tidak kurang dari 2.000 unggas berupa ayam yang dipelihara warga mati secara mendadak.
Di Medan, Sumatera Utara, kondisi MH (15), pasien terduga flu burung (H5N1) yang dirawat di ruang isolasi RSUP Adam Malik, Medan, Selasa, kian membaik. Hasil foto menunjukkan, kondisi paru-paru bagus. Suhu tubuh pun sudah turun dari 40 derajat celsius menjadi 36 derajat celsius, sedangkan skala koma glasgow atau skala neurologinya naik dari tiga menjadi tujuh.
Kasus MH adalah kasus terduga H5N1 pertama sejak 2008. Pada 2009, pasien yang dirawat di RSUP Adam Malik adalah penderita A-HINI. Pihak RSUP masih menunggu hasil penelitian sampel darah dan swap yang dikirim ke Jakarta.