Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Volume BBM Subsidi Ditekan

Kompas.com - 03/03/2011, 03:44 WIB

Jakarta, Kompas - Jika pembatasan bahan bakar minyak bersubsidi gagal dilakukan per 1 April 2011, volume BBM bersubsidi tahun 2011 diperkirakan melonjak dari target 38,6 juta kiloliter menjadi lebih dari 40 juta kiloliter. Pemerintah berupaya menekan volume BBM bersubsidi di Jawa.

”Keputusan pembatasan BBM belum final. Itu jangan dipaksakan jika tidak efektif dan hanya dilakukan di Jabodetabek. Kami takut ada perembesan. Dengan demikian, ini (pembatasan BBM bersubsidi) akan kami tunda,” ujar Menteri Keuangan Agus Darmawan Wintarto Martowardojo di Jakarta, Rabu (2/3).

Kenaikan konsumsi volume BBM subsidi itu akan menyebabkan lonjakan anggaran subsidi BBM mulai dari Rp 3 triliun hingga Rp 6 triliun. ”Namun, pesan dari Kementerian Keuangan adalah jangan sampai target volume BBM bersubsidi melampaui 38,6 juta kiloliter,” ujar Agus.

Menteri Koordinator Perekonomian Hatta Rajasa mengatakan, Juli 2011 adalah target pemerintah untuk membatasi konsumsi BBM bersubsidi di seluruh Pulau Jawa. ”Jadi, belum ada keputusan kapan pembatasan itu diterapkan. Rapat dengan DPR saja belum,” katanya.

Mulai April

Di tempat terpisah, Ketua Tim Pengkaji Akademis Terkait Dampak Pembatasan Konsumsi BBM Bersubsidi, Anggito Abimanyu mengatakan, dirinya yakin pembatasan konsumsi BBM subsidi bisa dilakukan pada April. Pembatasan yang dilakukan April tidak akan mendorong laju inflasi.

”April itu bulan deflasi. Saya rasa sudah cukup matang dan saya bisa menestimoni karena saya mengkaji sendiri dan saya melihat sendiri kesiapan, baik di tingkat kebijakan maupun di tingkat lapangan. Pembatasan tetap harus jalan karena ini kesempatan kita melakukan perbaikan dari pola subsidinya sekaligus momentum untuk mengurangi disparitas,” kata Anggito.

Pemerintah harus berani memutuskan kebijakan sehingga anggaran subsidi tidak habis terbakar dan salah sasaran. Potensi inflasi akibat pembatasan BBM subsidi ini tidak signifikan. Namun, yang paling penting, transportasi umum dilindungi sehingga tarifnya tidak naik.

Direktur Eksekutif Reforminer Institute (Lembaga Kajian Reformasi Pertambangan dan Energi) Priagung Rahmanto mengatakan, kenaikan harga BBM secara terbatas akan jauh lebih baik ketimbang membatasi konsumsi BBM bersubsidi. Dampak inflasi dari kenaikan harga BBM dan pembatasan BBM bersubsidi akan sama.

”Kenaikan harga BBM secara terbatas akan lebih efektif, lebih sederhana dalam implementasinya. Selain itu, potensi distorsinya dan dampak negatifnya bisa lebih ditekan,” ujarnya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com