Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Demo Tolak Tambang Batu Bara di Kaltim

Kompas.com - 02/03/2011, 15:05 WIB

BALIKPAPAN, KOMPAS.com — Jaringan Advokasi Tambang (Jatam) kembali menegaskan sikapnya menolak penambangan batu bara di Kalimantan Timur. Hal tersebut diutarakan sekitar 20 anggota Jatam saat menggelar aksi di depan Hotel Novotel, Balikpapan, bersamaan dengan kongres batu bara The 1st Coal Mining Congress and Expo 2011 di hotel tersebut.

Massa aksi berjalan kaki dari Taman Bekapai sejauh sekitar 60 meter menuju depan hotel. Sebagian mengenakan kostum jubah hitam dan topeng putih, sebagian membawa foto-foto kerusakan hutan Kalimantan akibat penambangan batu bara. Sembilan orang itu masing-masing memakai jubah hitam yang tercantum sebuah huruf yang ketika berjejer membentuk kata ”Deadly Coal” atau batu bara yang mematikan.

Satu per satu mereka berorasi di tengah berlangsungnya kongres yang dihadiri sejumlah pengusaha tambang dan jajaran pemerintah. Gubernur Kaltim Awang Faroek Ishak pun datang dan menjadi pembicara.

Humas aksi tersebut, Johansyah Ismail, mengatakan, penambangan batu bara dan bisnisnya hanya menguntungkan pengusaha dan penguasa. ”Warga tak mendapat apa-apa dan alam pun rusak. Pemerintah tak melakukan hal apa-apa untuk mencegah,” ujarnya.

Sekarang telah ada 1.271 izin pertambangan skala kuasa pertambangan (KP) dan 33 izin  perjanjian karya pengusahaan pertambangan batu bara (PKP2B) di Kaltim. Total luasannya 4,4 juta hektar. Sekadar perbandingan, luas Negara Swiss 4,1 juta hektar dan Provinsi Kalimantan Selatan 3,7 hektar.

Sekitar 80 persen produksi batu bara Kaltim dijual ke luar. Hanya lima persen  untuk Kalimantan, sisanya untuk listrik di Bali dan Jawa. Ini ironis karena listrik byarpet pun masih terjadi di Kalimantan, daerah sumber batu bara. Alam, hutan rusak, dan itu yang diwariskan kepada generasi mendatang. 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com