Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Produksi Ikan Laut Merosot

Kompas.com - 01/03/2011, 03:41 WIB

KENDARI, KOMPAS - Cuaca buruk hingga Senin (28/2) masih mengganggu pelayaran dan nelayan di berbagai daerah. Di Kendari, Sulawesi Tenggara, produksi ikan terus merosot, sementara di Manokwari, Papua Barat, nakhoda kapal menunda keberangkatan kapal. Adapun di Nusa Tenggara Timur, kapal ikan dari Bali masih berlindung di Pelabuhan Ippi, Kabupaten Ende.

Produksi ikan laut di Pelabuhan Perikanan Samudera Kendari, sepanjang musim cuaca buruk bulan Januari, turun 36 persen dibandingkan dengan bulan sebelumnya. Pada Januari 2011 produksi ikan masih 1.429 ton senilai Rp 12,44 miliar. Nilai produksi bulanan di pelabuhan ikan terbesar di Sulawesi Tenggara itu pun turun Rp 5,4 miliar.

Darma (38), nelayan yang mendaratkan kapalnya di PPS Kendari, mengatakan, sejak awal Januari hingga kini cuaca buruk masih terjadi di perairan Sulawesi Tenggara. ”Gelombang masih tinggi, angin juga kencang dari utara,” katanya.

Hasil tangkapan yang biasanya mencapai lima ton per hari, selama dua bulan ini hanya ratusan kilogram per hari. ”Hari ini hanya dapat 100 kg,” ujar nelayan pencari ikan kembung tersebut.

Nelayan lainnya, Sarmin (40), mengaku selama dua bulan terakhir hanya mendapat tangkapan rata-rata 500 kg ikan cakalang dalam 3-4 hari melaut. Padahal, saat cuaca bagus, ia biasa memperoleh 2-3 ton cakalang dari wilayah operasi di Laut Banda.

Bersandar

Gelombang tinggi 3-4 meter juga masih terjadi di perairan Nusa Tenggara Timur (NTT). Pada Seni siang kemarin terdapat 16 kapal ikan yang bersandar di Dermaga Ippi. Dalam pelayaran, kapal-kapal ikan itu dihadang gelombang tinggi dan angin kencang.

”Kami akan kembali berlayar kalau cuaca benar-benar bagus,” kata Buncin, kapten kapal.

Pelaksana Harian Administrator Pelabuhan Ende, Ayub, menjelaskan, dari perkiraan cuaca harian yang dikeluarkan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika, tinggi gelombang di perairan NTT tiga hingga empat meter. Kondisi itu membahayakan pelayaran.

Dua hari

Menurut Bahri (45), nakhoda KLM Mutiara Permai, untuk mengangkut barang dari Pelabuhan Sorong ke Manokwari biasanya butuh sehari semalam, tetapi kini dua hari. Cuaca buruk masih terjadi di laut lepas bagian utara Pulau Papua. Angin kencang dan tinggi ombak di laut mencapai 4-6 meter.

”Karena kapal terombang-ambing, terpaksa laju kapal diperlambat supaya tidak karam. Tetapi, kapal kami tidak sampai berlabuh ke pulau-pulau kecil supaya tidak terlambat sampai ke Manokwari,” ujar Bahri.

Selain waktu tempuh menjadi lebih lama, biaya bahan bakar pun membengkak. Biasanya dibutuhkan solar sekitar 900 liter, sekarang sampai 1.000 liter. (THT/ENG/SEM/EGI)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com