Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Antrean di Merak Capai 12,5 Kilometer

Kompas.com - 25/02/2011, 02:38 WIB

Cilegon, Kompas - Antrean panjang truk yang hendak menyeberang dari Pelabuhan Merak, Kota Cilegon, Banten, menuju Pelabuhan Bakauheni, Lampung, terus berlanjut. Ekor antrean truk, Kamis (24/2) pukul 08.00, kembali menyentuh Kilometer 89,750 atau berjarak 8,5 kilometer dari Gerbang Tol Merak.

Ditambah dengan kemacetan mulai Gerbang Tol Merak hingga pangkal jalan layang Cikuasa Atas yang panjangnya 4 kilometer, total panjang antrean di luar Pelabuhan Penyeberangan Merak, Kamis pagi, mencapai 12,5 kilometer. Kondisi ini hampir separah antrean pada Sabtu dua pekan lalu yang panjangnya mencapai 13 kilometer.

Menurut Rendi, petugas sentral komunikasi PT Marga Mandalasakti, Kamis pukul 19.00, ekor antrean berada di Kilometer 92. Dengan demikian, panjang antrean di luar Pelabuhan Merak pada Kamis malam berkurang menjadi 10,25 kilometer.

Terkait dengan kemacetan panjang di Merak belakangan ini, kemarin digelar pertemuan koordinasi dan sinkronisasi kebijakan di ruang rapat utama Markas Kepolisian Daerah Banten. ”Inti koordinasi hari ini adalah untuk mencari solusi,” kata Deputi V Bidang Keamanan Nasional Kementerian Koordinator Politik, Hukum, dan Keamanan Endro Agung.

Ditinjau dari aspek keamanan nasional, menurut Endro, kemacetan di Merak merupakan hambatan bagi pelaksanaan pembangunan nasional karena ketidaklancaran distribusi barang.

Pihaknya peduli dengan masalah-masalah yang berkaitan dengan keamanan nasional, seperti kriminalitas. ”Termasuk yang kemarin menjadi arahan Presiden, terutama masalah-masalah kemacetan di kota-kota besar, ini juga menjadi kepedulian kami secara bersama,” katanya.

Kapal ditambah

Direktur Lalu Lintas Angkutan Sungai, Danau, dan Penyeberangan (ASDP) Kementerian Perhubungan Wiratno mengatakan, kapal yang beroperasi di lintasan Merak-Bakauheni, Kamis, sebanyak 19 unit. ”Kapal tambahan akan diperbantukan untuk mengurangi kemacetan panjang truk yang mau menyeberang dari Merak ke Bakauheni,” katanya.

Ditemui di Merak, Pelaksana Tugas Direktur Utama PT ASDP Indonesia Ferry (Persero) Sirajuddin Saini mengatakan, pihaknya terus berkoordinasi dengan instansi terkait untuk mencari solusi kemacetan di Merak ini.

”ASDP telah berkoordinasi dengan Gapasdap (Gabungan Pengusaha Angkutan Sungai, Danau, dan Penyeberangan) untuk melaksanakan percepatan docking agar kapal segera masuk ke lintasan dan melayani antrean truk,” kata Sirajuddin.

Langkah lain adalah menambah kapal bantuan dari Kementerian Perhubungan, yakni KM Kalibodri. Kapal tersebut bertonase 2.199 gross ton dan berkapasitas angkut 20 truk. Selain itu, KMP Ganda Dewata milik PT Pelni yang berkapasitas 200 kendaraan juga akan diperbantukan di Merak.

Secara terpisah, Direktur Jenderal Perhubungan Darat Kementerian Perhubungan Suroyo Alimoeso mengatakan, tambahan kapal yang akan datang bisa mengurai antrean. Tambahan kapal itu direncanakan beroperasi sedikitnya 30 hari mendatang. Berdasarkan pengecekan di lapangan pada pukul 18.30, antrean truk yang akan masuk ke Pelabuhan Merak mulai mencair.

Tidak imbang

Suroyo menambahkan, jumlah truk yang mengantre menyeberang di Merak mengalami peningkatan antara 7 dan 10 persen dibandingkan dengan tahun lalu. Kondisi tersebut tidak diimbangi dengan penambahan kapal untuk mengangkut truk menyeberang.

”Ada ketidakseimbangan antara jumlah truk dan kapal yang menyeberangkan,” kata Suroyo.

Hal ini turut menyebabkan antrean kendaraan yang akan menyeberang kian parah.

”Tahun ini kami merencanakan studi dan koordinasi dengan pemda di Merak dan Bakauheni untuk menambah dermaga di kedua tempat itu. Hal tersebut dimaksudkan agar mampu menampung lebih banyak kendaraan yang akan menyeberang,” kata Suroyo.

Apabila studi dan koordinasi itu selesai, pembangunan perluasan dermaga bisa dimulai tahun depan.

Berdasarkan informasi dari ASDP, jumlah kapal yang beroperasi di lintasan Merak-Bakauheni sebanyak 34 unit. Tiga di antaranya, yakni Jatra 1, 2, dan 3, dioperasikan oleh ASDP, sedangkan 31 kapal lain dioperasikan oleh operator swasta.

Tidak semua kapal tersebut setiap hari dapat beroperasi karena ada yang rusak, berada dalam perawatan, atau masuk dok.

Apabila 24 kapal dapat beroperasi dengan waktu bongkar muat 60 menit dan waktu berlayar 120 menit, dalam sehari mampu melayani 96 trip. Namun, akibat adanya kapal yang dalam perawatan dan masuk dok, jumlah pencapaian trip dalam sehari pun berkurang.

Berdasarkan kesepakatan antara regulator, operator pelabuhan, dan operator kapal, waktu bongkar muat saat ini menjadi 75 menit. Apabila jumlah kapal yang beroperasi hanya sebanyak 18 unit—dengan waktu berlayar 120 menit—dalam sehari hanya tercapai 67 trip.

Akibatnya, terjadi kesenjangan sebanyak 29 trip per hari. Apabila rata-rata satu trip kapal dapat mengangkut 30 truk, jumlah yang tidak terangkut akibat berkurangnya trip tersebut menjadi sebanyak 870 truk per hari.

Suroyo mengatakan, saat ini ada tujuh kapal yang naik dok untuk perawatan. Lama waktu perawatan per kapal bisa mencapai 30 hari apabila ada perbaikan besar. (CAS/ART)

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com