Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Koalisi Akan Dievaluasi

Kompas.com - 23/02/2011, 09:09 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com — Meskipun panitia khusus hak angket mafia pajak gagal dibentuk, Partai Demokrat tetap mengevaluasi komposisi partai politik anggota koalisi pendukung pemerintahan. Evaluasi terutama dilakukan kepada anggota koalisi yang mendukung penggunaan hak angket untuk menyelidiki mafia pajak tersebut.

Wakil Sekretaris Jenderal Partai Demokrat Saan Mustopa, Selasa (22/2/2011), mengatakan, Partai Demokrat akan menggunakan hasil rapat paripurna usulan hak angket mafia pajak sebagai momentum untuk mengevaluasi partai-partai anggota Sekretariat Gabungan (Setgab) Koalisi Partai Politik Pendukung Pemerintahan.

”Apa pun hasilnya, menang atau kalah, ditolak atau diterima angket ini, kami akan tetap lakukan evaluasi,” kata Saan Mustopa di sela-sela rapat paripurna.

Dalam voting semalam, 266 anggota DPR menolak hak angket mafia pajak. Mereka berasal dari Fraksi Partai Demokrat (145), F-PAN (43), F-PPP (26), F-PKB (26), dan F-Partai Gerindra (26). Sebanyak 264 anggota DPR menerima penggunaan hak angket. Mereka dari Fraksi Partai Golkar (106), F-PDIP (84), F-PKS (56), F-PKB (2), dan F-Partai Hanura (16).

Rapat paripurna pengambilan keputusan usul angket mafia pajak berlangsung alot. Sejak awal dibuka sekitar pukul 14.00, rapat paripurna diwarnai interupsi. Rapat juga sempat ditunda dua kali, untuk lobi-lobi dan istirahat sebelum akhirnya diambil keputusan dalam rapat lanjutan yang dimulai pukul 21.00.

Pemungutan suara dihadiri sejumlah tokoh partai, di antaranya fungsionaris Partai Demokrat, yang juga Sekretaris Setgab Koalisi Pendukung Pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, Syarif Hasan. Setelah rapat, Syarif menegaskan rencana evaluasi komposisi anggota Setgab Koalisi yang terdiri atas enam partai.

Setidaknya ada dua fraksi parpol koalisi yang terus memperjuangkan penggunaan hak angket untuk menyelidiki kasus mafia pajak, yakni F-Partai Golkar dan F-PKS. F-Partai Demokrat akan membuat matriks sikap fraksi-fraksi parpol koalisi di parlemen. Hasil evaluasi akan diserahkan kepada pimpinan Partai Demokrat, dan juga Presiden Yudhoyono. Soal sanksi yang akan diambil diserahkan kepada partai dan Presiden yang juga menjabat sebagai Ketua Setgab Koalisi.

Namun, Sekretaris Jenderal Partai Golkar Idrus Marham menuturkan, sikap Partai Golkar dalam angket tidak ada kaitannya dengan koalisi dan posisi di kabinet. Menurut Idrus, penolakan penggunaan angket akan membuat Partai Golkar lebih kreatif. Pasalnya, perjuangan membongkar mafia pajak dilandasi pada keyakinan masalah tersebut sangat penting untuk diungkap.

Sekretaris Jenderal PKS Anis Matta menegaskan, PKS tidak merisaukan ancaman evaluasi yang akan dilakukan Partai Demokrat. Hal yang penting bagi PKS bukanlah menang atau kalah memperjuangkan angket, tetapi menunjukkan tanggung jawab kepada publik. Anis meyakini, posisi PKS tetap aman.

Wakil Ketua Umum Gerindra Fadli Zon menyatakan, Gerindra menolak hak angket karena melihat usul itu merupakan agenda partai lain yang memiliki kepentingan berbeda. (NTA/NWO/EDN/HAR)

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Terkini Lainnya

    Pengamat Sebut Kemungkinan Prabowo Gandeng PDI-P Masih Terbuka, Ganjalannya Hanya Jokowi

    Pengamat Sebut Kemungkinan Prabowo Gandeng PDI-P Masih Terbuka, Ganjalannya Hanya Jokowi

    Nasional
    Obituari Tumbu Saraswati, Politikus Senior PDI-P Sekaligus Pendiri TPDI

    Obituari Tumbu Saraswati, Politikus Senior PDI-P Sekaligus Pendiri TPDI

    Nasional
    Wakil Ketua KPK Bantah Serang Balik Dewas dengan Laporkan Albertina Ho

    Wakil Ketua KPK Bantah Serang Balik Dewas dengan Laporkan Albertina Ho

    Nasional
    Nurul Ghufron Gugat Dewas KPK ke PTUN Jakarta

    Nurul Ghufron Gugat Dewas KPK ke PTUN Jakarta

    Nasional
    JK Puji Prabowo Mau Rangkul Banyak Pihak, tapi Ingatkan Harus Ada Oposisi

    JK Puji Prabowo Mau Rangkul Banyak Pihak, tapi Ingatkan Harus Ada Oposisi

    Nasional
    Mantan Anak Buah SYL Mengaku Dipecat Lantaran Tolak Bayar Kartu Kredit Pakai Dana Kementan

    Mantan Anak Buah SYL Mengaku Dipecat Lantaran Tolak Bayar Kartu Kredit Pakai Dana Kementan

    Nasional
    Beri Selamat ke Prabowo-Gibran, JK: Kita Terima Kenyataan yang Ada

    Beri Selamat ke Prabowo-Gibran, JK: Kita Terima Kenyataan yang Ada

    Nasional
    DPR Bakal Kaji Ulang Desain Pemilu Serentak karena Dianggap Tak Efisien

    DPR Bakal Kaji Ulang Desain Pemilu Serentak karena Dianggap Tak Efisien

    Nasional
    Komisi II Sebut 'Presidential Threshold' Jadi Target Rencana Revisi UU Pemilu

    Komisi II Sebut "Presidential Threshold" Jadi Target Rencana Revisi UU Pemilu

    Nasional
    Prabowo Nyanyi 'Pertemuan' di Depan Titiek Soeharto: Sudah Presiden Terpilih, Harus Tepuk Tangan walau Suara Jelek

    Prabowo Nyanyi "Pertemuan" di Depan Titiek Soeharto: Sudah Presiden Terpilih, Harus Tepuk Tangan walau Suara Jelek

    Nasional
    Fraksi Golkar Bakal Dalami Usulan Hakim MK soal RUU Pemilu dan Pembentukan UU Lembaga Kepresidenan

    Fraksi Golkar Bakal Dalami Usulan Hakim MK soal RUU Pemilu dan Pembentukan UU Lembaga Kepresidenan

    Nasional
    Politikus Senior PDI-P Tumbu Saraswati Meninggal Dunia, Penghormatan Terakhir di Sekolah Partai

    Politikus Senior PDI-P Tumbu Saraswati Meninggal Dunia, Penghormatan Terakhir di Sekolah Partai

    Nasional
    Bubar Jalan dan Merapat ke Prabowo, Koalisi Perubahan Dinilai Hanya Jual Gimik Narasi Kritis

    Bubar Jalan dan Merapat ke Prabowo, Koalisi Perubahan Dinilai Hanya Jual Gimik Narasi Kritis

    Nasional
    Ucapkan Selamat ke Prabowo-Gibran, PPP: Tak Ada Lagi Koalisi 01 dan 03

    Ucapkan Selamat ke Prabowo-Gibran, PPP: Tak Ada Lagi Koalisi 01 dan 03

    Nasional
    CSIS: Pemilu 2024 Hasilkan Anggota DPR Muda Paling Minim Sepanjang Sejarah sejak 1999

    CSIS: Pemilu 2024 Hasilkan Anggota DPR Muda Paling Minim Sepanjang Sejarah sejak 1999

    Nasional
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com