Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

CBM untuk Kurangi Konsumsi BBM

Kompas.com - 18/02/2011, 21:39 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com — PT Perusahaan Listrik Negara (Persero) akan menggunakan produksi pertama gas metana batu bara (CBM) untuk mengurangi pemakaian bahan bakar minyak pada mesin-mesin pembangkit atau genset di sejumlah daerah. Namun, kapasitas daya yang dihasilkan masih sangat terbatas karena minimnya volume produksi gas nonkonvensional itu.

Menurut Direktur Energi Primer PT PLN Nur Pamudji pada Jumat (18/2/2011) di Jakarta, untuk tahun 2011, produksi CBM baru pada tahap awal. Setelah tahap pengeboran lapisan batu bara yang banyak mengandung air, pemompaan dilakukan. Pada tahap ini air keluar bersama dengan CBM, tetapi volumenya sedikit, sekitar 1 juta standar metrik kaki kubik per hari (MMSCFD).

Nur Pamudji memperkirakan, hasil produksi CBM baru mampu membangkitkan sekitar 5 megawatt ke bawah per lokasi. "Untuk bisa memproduksi dalam jumlah banyak, kemungkinan baru dua sampai tiga tahun ke depan. Karena kapasitas daya yang dihasilkan relatif kecil, kami akan memasukkan ke jaringan distribusi saja untuk mengurangi pemakaian diesel," katanya.

Sejauh ini, pihaknya belum membicarakan soal harga jual CBM untuk listrik dengan para kontraktor kontrak kerja sama (KKKS). Karena belum ada kepastian jumlah pasokan yang dihasilkan, perseroan itu berharap harga CBM lebih murah dari harga gas. Kalau kapasitas produksi sudah penuh, harganya akan disamakan dengan harga gas pada umumnya.

"Dengan adanya CBM, ini berarti ada tambahan cadangan gas nasional. Ini bisa untuk pengganti solar," ujarnya.

Karena sebagian besar cadangan CBM berada di Kalimantan, sebagian hasil produksi gas nonkonvensional itu akan dimanfaatkan untuk sistem kelistrikan di Kalimantan. Hasil produksi CBM juga akan dikirimkan ke Jawa, Sulawesi, Nusa Tenggara, dan Papua dengan memakai mini gas alam cair atau LNG kapasitas kecil, sekitar 200 MMSCFD.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com