Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

129 Etnis Rohingnya Terdampar

Kompas.com - 16/02/2011, 20:55 WIB

ACEH BESAR, KOMPAS.com - Sebanyak 129 warga etnis Rohingnya dari Myanmar, Rabu (16/2), ditampung di Terminal Pelabuhan Malahayati, Krueng Raya, Aceh Besar, Aceh, setelah perahu yang mereka tumpang terdampar di perairan dekat Laweung, Kabupaten Pidie. Mereka mengaku melarikan diri dari negara asalnya karena mendapat perlakuan sewenang-wenang dari aparat Pemerintah Junta Militer Myanmar.

Dari 129 orang tersebut semuanya laki-laki dewasa dan seorang anak berusia 13 tahun. Tujuh orang di antaranya diketahui sedang sedang sakit.

Direktur Kepolisian Perairan Aceh Komisaris Besar M Zaini mengatakan, untuk sementara para migran ilegal dari Myanmar tersebut dikarantina di kantor Terminal Malahayati. Karantina diperlukan untuk mengetahui asal usul dan kemungkinan penyakit yang dibawa mereka dari negara asalnya.

"Untuk saat ini mereka masih diurus oleh kantor imigrasi. Kesehatan mereka diperiksa. Kalau ada yang sakit akan mendapat perawatan terlebih dahulu, misalnya ada yang sampai harus diopname," kata Zaini.

Selanjutnya, 129 pendatang ilegal itu akan diserahkan kepada Organisasi Internasional urusan Migrasi (IOM). "Dibawa kemana 129 orang ini, kami akan serahkan kepada IOM sebagai badan yang berwenang apakah akan dikembalikan ke negara asalnya atau dibawa ke negara lain yang mau menerima. Kewajiban kami saat ini adalah menampung dan memperlakukan mereka dengan baik," lanjut Zaini.

Kondisi fisik para pendatang ilegal rata-rata tidak fit. Mereka kekurangan suplai air dan asupan makanan setelah terkatung-katung selama hampir 20 hari menyeberangi lautan sejak berangkat dari negara mereka. Dalam tiga tahun terakhir, tercatat sudah tiga kali rombongan pendatang ilegal dari etnis Rohingnya terdampar di perairan Aceh.

Kekerasan dan diskriminasi atas 800.000 etnis Rohingnya oleh Pemerintah Junta Militer Myanmar sudah berlangsung puluhan tahun. Ratusan ribu warga etnis ini beberapa tahun terakhir terpaksa melarikan diri ke negara lain. Sebagian besar ke Bangladesh .

Nuralam Haji, salah satu pendatang ilegal yang ikut ditampung di Pelabuhan Malahayati menuturkan, rombongannya berangkat dari Myanmar awal Februari lalu. Rombongan ini menumpang sebuah perahu kayu bermesin seukuran bus malam. Perahu pun penuh sesak, bahkan, nyaris tak ada ruang tersisa di perahu yang diisi 129 orang tersebut. "Di Burma, kami sering disiksa aparat di sana," ujar Nuralam dalam bahasa Melayu.

Rombongan sempat mampir di pantai barat Thailand untuk mendapatkan perbekalan. Namun, mereka diusir oleh aparat setempat karena dianggap pendatang ilegal. Lalu, mereka melanjutkan perjalanan ke arah selatan.

Akhirnya, Rabu dini hari sekitar pukul 03.00, rombongan etnis Rohingnya ini ditemukan sejumlah nelayan di Perairan sebelah Utara Kabupaten Pidie, Aceh. Perahu yang mereka tumpangi rusak. Nelayan setempat lalu menarik perahu kayu itu ke Pelabuhan Malahayati. Iba melihat nasib pendatang ilegal itu, sejumlah warga di sekitar Pelabuhan Malahayati memberi bantuan nasi bungkus.

Kepala Kantor Imigrasi Banda Aceh Wilmar Sayuti mengaku sudah melaporkan kedatangan warga etnis Rohingnya tersebut ke IOM. Saat ini sedang diupayakan penampungan baru untuk para pendatang tersebut sebelum keputusan selanjutnya dari IOM. " Kami akan berkoordinasi dengan kepolisian dan wali kota untuk mencari tempat yang layak bagi mereka. Untuk operasional akan ditanggung IOM," ujarnya.

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com