Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Merana, Industri Pengolahan Ikan di Cilacap

Kompas.com - 11/02/2011, 15:52 WIB

CILACAP, KOMPAS.com — Berkurangnya produktivitas perikanan tidak hanya berdampak pada nelayan saja, melainkan juga pada industri yang mengolah hasil tangkapan nelayan. Dampak tersebut setidaknya dirasakan oleh PT Toxindo Prima, perusahaan eksportir udang, ikan, dan lobster hasil tangkapan nelayan.

Perusahaan yang berbasis di Cilacap ini mengeluhkan kesulitan untuk mendapat bahan baku yang akan diekspor.  "Tahun 2010 kemarin adalah yang terburuk. Kami hanya mampu dapat 290-an ton, padahal sebelumnya bisa mencapai 600 ton," kata Sudirwan Kadarmilah, Direktur PT Toxindo Prima, Jumat (11/2/2011).

Kesulitan mendapatkan bahan baku di antaranya bisa tecermin dari biaya belanja yang dikeluarkan per harinya. "Dulu biaya belanja untuk mendapat raw material bisa sampai 200 juta per hari, tetapi tahun 2010 kemarin cuma 12 juta," lanjut Sudirwan.

Akibatnya, perusahaan yang dikelola Sudirwan sejak 1997 ini harus menanggung biaya produksi yang lebih besar. Pasalnya, banyak tenaga kerja bulanan dan harian yang harus dibayar, entah bahan baku ada atau tidak. Biaya produksi pun meningkat dari Rp 20.000 per kilogram menjadi Rp 45.000.

Untuk bertahan hidup, kini perusahaan harus berupaya mencari bahan baku hingga ke luar wilayah Cilacap dengan persentase lebih besar. "Dulu kita 70-80 persen bahan baku berasal dari Cilacap hingga daerah Jetis. Sekarang tidak lagi," kata Sudirwan.

Ia lebih banyak mencari bahan baku di Yogyakarta dan pantai utara Jawa, seperti Pati, dan itu pun tak banyak. Ia mengatakan, perlu cara-cara tertentu untuk mengembalikan produktivitas perikanan seperti semula. "Kalau barangnya sedikit seperti sekarang, untungnya sedikit dan barangnya juga jelek, karena nelayan terlalu banyak di laut. Kalau barang banyak kan nelayan cepat kembali jadi barangnya bagus, untungnya juga besar," papar Sudirwan.

Sudirwan mengungkapkan, dengan kondisi seperti saat ini, banyak industri hasil perikanan yang berbasis hasil tangkapan banyak yang merugi. Menurut dia, banyak industri perikanan serupa di wilayah lain juga mengalami kondisi serupa. 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com