Jakarta, Kompas -
Hal itu disampaikan Deputy Representative Witteveen Bos, Sawarendro, salah seorang anggota konsorsium Jakarta Coastal Defence Strategy (JCDS), saat mendampingi Wali Kota Rotterdam Ahmed Aboutaleb ketika
Lebih lanjut, Sawarendro mengatakan, beberapa talut yang sudah dibangun di Jakarta tak memiliki kekuatan yang cukup untuk menghadapi gempuran ombak laut.
Secara terpisah, ahli oseanologi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, Oto SR Ongkosongo, tak menampik bahwa tanggul yang dibangun di kawasan pesisir Jakarta jauh dari memadai. Bahkan, ujarnya, beton separator jalan masih lebih kokoh dibandingkan dengan beton tanggul yang dibangun di pesisir Jakarta.
Oto menegaskan, yang terpenting untuk mengatasi banjir dan rob di Jakarta harus dimulai dari pendataan dan pemetaan masalah yang komprehensif. Baru kemudian beranjak pada perencanaan pembangunan. ”Mau secanggih apa pun model tanggul yang digunakan, tetapi tidak didukung data yang akurat, itu semua tidak akan berguna. Sebab masalah utama kita saat ini adalah lemahnya data dan pemetaan masalah di pesisir utara Jakarta,” katanya menjelaskan.
Soal penurunan muka tanah, menurut Oto, Pemprov DKI Jakarta belum punya data yang akurat. Begitu juga jumlah sungai yang mengalami kerusakan juga tak ada data pasti. Padahal, dengan data yang akurat, masalah di pesisir utara Jakarta baru dapat dipetakan untuk dicari solusinya.